13 Mar 2012

Reportase IIC III | 30 Januari 2012 | auditorium Miracle UNIKOM



Senin 30 Januari 2012 Gerakan Mahasiswa Pembebasan (GP) kembali menggelar Islamic Intellectual Challenges (IIC). Di edisi yang ke-3 ini, Gerakan Mahasiswa Pembebasan wilayah Jawa Barat mengambil tema “Pembatasan BBM Bersubsidi, untuk Kepentingan Rakyat atau Asing?” 

Acara yang diselenggarakan di Auditorium Miracle UNIKOM dan dihadiri sekitar 100 orang ini menghadirkan empat orang pembicara. Pembicara pertama adalah bapak Singgih Saptadi, ST, M.T., seorang business technology alignment. Beliau mengatakan bahwa rencana pemerintah ini sudah lama dimunculkan, yaitu sejak tahun 2010 lalu. Namun di awal rencana banyak rakyat yang memprotes dan tidak setuju. Beliau melanjutkan bahwa untuk mencari akar permasalahan pengelolaan SDA di negeri Muslim (termasuk Indonesia) tidak relevan lagi kita hanya melihat potensi SDA Indonesia saja, karena jika dilihat secara global, potensi SDA umat Islam sangat besar sekali. Negeri-negeri kaum muslim memiliki sumber minyak lebih dari 60% di dunia, belum lagi sumber-sumber energi yang lainnya seperti gas, batubara dll. Kemudian dalam konteks Indonesia, tidak adanya dukungan dari pemerintah membuat pertamina tidak agresif, sehingga tidak mampu sekedar melakukan regulasi di dalam negeri, apalagi melebarkan sayapnya ke luar Indonesia. Beliau menilai bahwa pemerintah Indonesia nampaknya sengaja menyusun  regulasi yang membuat perusahaan asing masuk ke Indonesia.
DR. H. Agus Supraman SE, M.M.
Pemaparan kedua disampaikan oleh DR. H. Agus Supraman SE, M.M., dari DPW Partai Nasional Demokrat Jawa Barat. Beliau menyampaikan bahwa pemerintah kita ini malas, karena sudah lama isu ini diwacanakan tapi hingga kini persiapan infrastruktur untuk menunjang pembatasan BBM ini belum juga memadai. Banyaknya SPBU yang belum bisa menyediakan Pertamax—karena memang keterbatasan fasilitas dan sarana penunjangnya—menunjukkan bahwa pemerintah tidak serius dan malas dalam mengatasi masalah ini. Beliau menambahkan meskipun harga BBM dinaikkan dan pemerintah bisa menghemat APBN hingga lebih dari Rp 30 triliun, namun menolak, karena sejatinya minyak itu adalah milik rakyat, jadi harus dikembalikan ke rakyat. Beliau lebih banyak menyamapaikan fakta-fakta dan cerita. Yang menarik di dalam presntasinya, beliau mengutip hadist Rasulullah SAW, tentang keharaman Privatisasi SDA, “kaum muslim itu berserikat dalam 3 hal, air, padang dan api.”
Ust. Lutfi Afandi, S.H.
Pemateri ketiga adalah Ust. Lutfi Afandi, S.H. Beliau adalah humas DPD I HTI Jawa Barat. Beliau menyampaikan bahwa ini adalah permainan asing, lembaga-lembaga asinglah yang mengusulkan untuk liberalisasi migas. Lembaga-lembaga asing ini terus menekan pemerintah Indonesia untuk segera mencabut subsidi BBM karena mereka akan sulit bersaing di pasar Indonesia selama pemerintah Indonesia masih menjual BBM dengan harga di bawah standar harga mereka.  Beliau memberikan contoh bagaimana SPBU-SPBU asing (petronas, shell dll) yang ada di Indonesia sangat sepi pengunjung. Tentu jika hal itu tetap dibiarkan pastilah mereka (SPBU-SPBU asing) akan mengalami kerugian. Oleh karena itulah pemerintah di bawah tekanan asing itu ingin segera mencabut subsidi BBM dengan berbagai macam alasan dan cara. Ini menunjukkan bukti keberpihakan pemerintah kepada para pengusaha asing daripada kepada rakyatnya sendiri.
Abdi Tri Sulistyo
Pemateri terakhir adalah wakil dari Gerakan Mahasiswa Pembebasan kota Bandung, Abdi Tri Sulistyo. Beliau menyinggung tentang mandulnya gerakan mahasiswa saat ini dengan kondisi yang terjadi, termasuk saat mengemukanya rencana pemerintah yang akan membatasi BBM bersubsidi. Selain itu beliau juga menyampaikan sikap GP terkait dengan rencana pembatasan ini. Secara tegas GP menolak upaya pembatasan dan liberalisasi migas ini, karena GP melihat bahwa ini adalah kebohongan dan pembodohan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya. Semua alasan yang dilontarkan oleh pemerintah adalah alasan yang mengada-ada, tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Kasus ini semakin jelas memperlihatkan bobroknya sistem kapitalisme, demokrasi dan neo-liberal. Mahasiswa harusnya sadar dan bergerak, jangan malah mandul dalam pragmatisme. Terakhir, Gema Pembebasan menghimbau bahwa sudah saatnya mahasiswa itu sadar akan peran dan jati dirinya, mahasiswa harus bersatu, bergerak bersama-sama menjadikan Ideologi Islam sebagai mainstream pergerakannya, untuk membebaskan diri dari belenggu kapitalisme.[] [GP Jabar]
Pemberian Cinderamata pada Bapak Singgih Saptadi, ST, M.T. oleh penanggungjawab IIC Jawa Barat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar