3 Feb 2018

Syariat Langit yang Berusaha Di(-ke-)bumikan


Manusia adalah makhluk yang Allah ciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Meskipun jika kita lihat ada banyak keterbatasan yang ada dalam dirinya. Salah satu contohnya adalah tentang berfikir. 

Kita manusia hanya dapat menjangkau 3 komponen saja: Alam semesta, Manusia, dan Kehidupan. Selain dari ketiga hal tersebut kita tidak bisa menjangkaunya secara langsung. Adapun hal-hal ghaib kita dapat dengan cara menukil dari nash-nash syara'. Hanya saja hal yang perlu dicatat adalah bahwa keterbatasan yang dimiliki manusia justru menandakan bahwa dirinya adalah manusia; sebagai makhluq Allah.

Dengan keterbatasan yang dimiliki, harusnya manusia memahami bahwa dia tidak mampu menjangkau hakikat atas segala sesuatu, termasuk hakikat kebaikan atas dirinya. Oleh karena itu, manusia harus 'menyerah' pada realitas bahwa dirinya terbatas. Daripada kata 'menyerah', nampaknya "menerima" lebih 'menyejukkan' bagi para keras kepala. hehe

Manusia harus menerima kenyataan bahwa level hakikat kebaikan itu adalah bukan level manusia lagi. Dia adalah level pemilik dan pencipta manusia, yang kadang tidak masuk di nalar manusia. 

Dengan kondisi terbatas seperti ini, ada manusia-manusia yang bukannya berusaha membumikan (baca: menerapkan, mengimplementasikan), Syariat Langit malah berusaha dikebumikan (baca: dikubur, dibuang).

Mereka melakukannya dengan berbagai cara. Mulai dari memainkan logika, berlindung dibalik jubah pongah akademis-ilmiah (ini paling saya benci), hingga 'playing victim' ala sinetron ribuan episode (ini cara paling recehan).

Ayolah.. Akui saja bahwa akal manusia terbatas. Pengakuan atas lemahnya manusia justru akan mengantarkan pada ketenangan hakiki; bahwa manusia memiliki Dzat superior yang dimintai tolong saat tak ada manusia atau apapun yang bisa menolong.

Maka bersamaan dengan tulisan ini saya ingin mengatakan bahwa syariat rajam, potong tangan, qishash, serta poligami adalah syariat yang mengandung kebaikan, sebagaimana kebaikan itu ada di dalam syariat larangan berbohong, perintah shalat, anjuran bersedekah, kewajiban mengeluarkan zakat, dan lain sebagianya. Jadi tidak ada syariat yang "terlalu sadis", "tidak manusiawi", "tidak adil", atau pun "bias gender" dll.

وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّـهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)

Jadi, jangan pernah coba-coba sok tau "mem-bully" syariat langit, karena otak kita tidak tahu sedalam dan seluas apa kebaikan yang Allah siapkan dalam syariat tersebut. 

Lebih dari itu, ketahuilah bahwa Syariat langit itu disampaikan perantara-Nya untuk dibumikan, bukan dikebumikan.

Jadi, siap menerapkan semua* syariat?
Rajam?
Shadaqah?
Shalat?
Menjauhi riba?
Qishash?
Zakat?
Jihad?
Poligami? :-)

*Nb: ada beberapa (baca: banyak) syariat yang mengisyaratkan tidak bisa dijalankan kecuali diterapakan oleh negara.
read more