8 Jan 2014

Nyali

Banyak yang bertanya kenapa saya belum mengambil langkah begini, kenapa saya belum begitu; kenapa masih begini, tidak begitu. Selain itu biasanya mereka menyandingkan pertanyaan "kenapa" tadi dengan "padahal". Kurang lebih redaksinya begini "kenapa belum begitu padahal kamu kan bla bla bla"; "Kenapa masih begini padahal kau bla bla bla".

Dari penyandingan kata "kenapa" dan "padahal" itu, saya menyimpulkan beberapa hal. Pertama, orang lain mempunyai ekspektasi tinggi pada saya. Mereka melihat saya bisa mencapai pencapaian yang lebih dari yang saya capai sekarang. Saya anggap itu sebagai sanjungan. Kalaulah bukan sanjungan, anggaplah saya yang kegeeran. Kalau benar begitu, yasudahlah.

Kedua, jikalau benar bahwa saya sebenarnya bisa mencapai pencapaian yang lebih dari sekarang, maka saya sadari ada hal yang hilang dari diri saya: NYALI!

Mungkinkah saya telah hilang nyali untuk memilih "itu" dengan segudang kebaikannya, nyali untuk mengambil resiko yang ditanggung bersama, nyali untuk siap dikritik. Ah, mungkin itu juga yang buat saya menahan 23 tulisan yang belum dipublikasikan di draft blog ini. Mungkinkah saya juga sudah lupa caranya berani maju dan menahan malu saat diolok-olok?

Entah kapan terakhir saya bertemu kamu, nyali? Sudikah kembali menyertai laju kehidupan? Iya, bergandeng bersama. Ayolah, nyali!!

-08_01_14-
read more