3 Jun 2011

Mengertilah! Karena aku mencintaimu dalam diamku

Tidak ada manusia yang tidak memiliki rasa cinta. Kehadiran hawanya menjadi sebuah kelumrahan, namun saya katakan bahwa pengejawantahannya di jalan yang tidak direstui Pencipta Rasa, adalah suatu bentuk kekurangajaran! Bentuk pembangkangan yang melawan kodrat penciptaannya.

Malapetaka ‘pengejawantahan rasa’ biasanya dimulai dari kompromi-kompromi hati dengan tingkah-tingkah kecil dan sederhana. Ya! Karena sesederhana apapun tingkah manusia pada manusia lain yang ‘berasa berbeda’, akan menghasilkan kesan mendalam yang sanggup meledakkan hari! Akan berbeda rasanya saat ada seorang tukang ojek yang menawari untuk membonceng dengan saat ada kakak kelas kecengan—misalnya—yang memberikan sedikit senyum dan mengajak mengobrol basa basi, sekedar me-like status, apalagi menawari membonceng!

Saya bisa saja menjadi orang yang paling romantis yang pernah anda kenal; menghujani hari-hari anda dengan setumpukan sajak-sajak merah-jambu yang mampu melenakan waktu, menarik purnama hingga seolah tak terjarak atau bahkan seolah mampu dijejak. Namun saya lebih mencinta menggengam bara: memendam rasa hingga tiba masanya. Jika tak kunjung tiba, maka sayang ini mungkin bukan untuk anda.

Jika suatu waktu rasa mulai dengan kurang ajar menggoda, maka saya pastikan akan berubah membalik suasana. Takkan ada lagi tingkah bijaksana di depan anda. Saya akan membuat anda membenci saya! Maaf.

“God help I’m sick
God forgive I’m weak”
[Purgatory: hypocrishit]
TABIK!
[mumtaaz]

1 komentar: