25 Jul 2010

belajar dari seorang pengidap schizofren

pernah dicap buruk? diejek? dilabeli dengan sesuatu yang tidak kalian suka? yeah.. pilihlah salahsatunya, saya yakin kalian pernah mengalaminya, setidaknya satu dari yang saya sebutkan tadi; setidaknya satu kali dalam seumur hidup, yakin, kalian pernah mengalaminya..

apapun penyebab dari orang melakukannya, stigmatisasi tentusaja tidak pernah menyenangkan. membuat down, bete, atau apalah, yang pasti membuat buruk suasana hari. saya awalnya berfikiran bahwa stigmatisasi dari oranglain adalah hal paling parah yang dialami seseorang saat melakukan suatu hal, tapi tayangan Rossy tanggal 25 juli mengubah fikiran saya itu. akhirnya saya sadar bahwa sebenarnya hal terburuk yang dialami seseorang bukanlah adanya stigmatisasi, ejekan, atau pelabelan buruk dari lingkungan, tapi stigmatisasi, ejekan, pelabelan buruk dari DIRI KITA SENDIRI!

seseorang bisa saja dinilai ini-itu oleh lingkungan, namun selama dia tidak melabeli dirinya dengan 'ini-itu', maka dia akan tetap berdiri kokoh dengan apa yang dia kerjakan tanpa mengalami down, bete atau apapun perasaan yang mengganggunya.

seorang wanita yang awalnya tidak berkerudung atau berjilbab kemudian 'hijrah' dan diejek "so alim", diejek "bu ustadzah", "munafik" atau apapun tidak akan goyah sedikitpun jika dalam dirinya dia sendiri tidak meng-iya-kan ucapan2 kampring dari lingkungannya itu.

kenapa seperti itu? ya! karena saat kita meng-iya-kan akan ada rasa malu, berat untuk melangkah dsb, sehingga keinginan untuk berubah dan pikiran positif lainnya akan sirna tertutupi stigma dari pikiran kita sendiri!

dalam acara Rossy yang berbicara seperti itu siapa coba? dokter? psikolog? presenter? bukan! dia adalah seorang pengidap Schizofrenia yang sudah membaik, menikah dan berkarir di bidang jurnalistik (kalo gak salah). dia berkata: "stigmatisasi dari dalam diri saya lah yang paling berat untuk saya lawan saat saya ingin sembuh."

kita bisa samakan 'variable' "keinginan untuk sembuh" dengan "keinginan untuk berubah" atau "langkah yang diambil untuk berubah", sehingga harusnya kita mempunyai prinsip yang sama dengan sang penderita schizofrenia itu.


*a little bit confusing, huh? whatever! hehehe.. just try to understand it, bro n sist!*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar