17 Mar 2011

Aswad

Saat tiran-rasa memaksa untuk tak lagi merasa. Menghilangkan nada warna-amarah hingga jadi tak bermakna, atau sekedar bermakna ganda saja. Maka hitam tak lagi kelam, putih tak lagi jernih. Yang ada hanya abu-abu.
Hai, kawan.. aku hanya ingin menjelaskan dengan sederhana bagaimana seharusnya kepekatan kita abadikan kesannya sebagai sebuah kelam saja. Tak perlu tanggapi andai terekam nada warna selainnya. Karena aku yakin bahwa tak ada yang abu2 selama kejelasan makna mampu kita hadirkan saat mencerap fakta. Karena aku yakin Dia hanya mencipta dua warna: kelam dan tidak. Abu2 hanya semu, kefanaan yang tak ada makna saat telah mendapati jati diri.
Maka teriaklah dengan lantang: HITAM AKAN TETAP KELAM DAN PUTIH SENANTIASA JERNIH!
read more

"Proses"

Hari sudah menjadi minggu, bergerak menuju bulan, lalu berevolusi menjadi tahun. Waaaa! Saya gak menyangka waktu berjalan begini cepatnya! Ah! Atau malah sebenarnya saya yang bergerak lambat? Hmm.. nampaknya memang saya yang lambat merambat.

Lima tahun rupanya saya sudah meninggalkan 2006, namun sungguh lompatan2 informasi tentang pergulatan dalam pikiran tetap saja masih jelas terekam. Salahsatunya adalah saat saya mencoba ’membujuk’ kawan lama yang lama tak berjumpa suasana kajian melingkar sambil disuguhi kitab2 dengan huruf arab gundul.

Beliau sebenarnya adalah orang yang satu tahun lebih dahulu hadir di dunia ini daripada saya, tapi secara garis keturunan, saya yang harusnya beliau panggil Oom. Hehe.

Beliau juga orang yang dua tahun lebih dahulu bergabung bersama mereka yang mengacungkan jari tengahnya untuk para penguasa dhalim dan tidak menerapkan aturan-aturan Alloh; barisan orang-orang yang merindukan hidup di bawah satu Super Global State dengan Islam sebagai satu-satunya warna yang memperindah negeri-negeri di Asia, Afrika, Amerika, Eropa dan Australia.

”Lamanya seseorang berkenalan dengan sesuatu tidak menjadi jaminan bahwa dia adalah orang yang paling tahu dan menjadikannya sebagai ’sesuatu’ dalam dirinya” begitu kata orang. Saya awalnya bingung dengan ungkapan itu, namun lama kemudian saya akhirnya mengerti saat bertemu ungkapan lain: ”tidak semua kelapa tua itu semakin tua akan semakin bersantan. Hanya kelapa yang masih bulat utuh saja lah yang akan menjadi semakin bersantan. Karena retak sedikit saja, kelamaan dia akan menjadi busuk!”

Waktu memang merupakan variable penting dalam rangka pembuktian. Waktu akan menjadi saksi kesetiaan pada komitmen, kristalisasi pemahaman, konsistensi loyalitas serta independensi pemikiran seseorang. Waktu akan menyibakkan berbagai tabir kematangan-semu seseorang, sehingga akan jelas hijau atau ranumkah dia.

Setelah saya mendapati pemahaman-pemahaman baru tentang waktu dan kematangan pemikiran, saya memberanikan diri untuk menyentil saudara saya itu di fs. Hmm.. sepertinya percakapan saya dengan dia sekaligus menjadi penutup aja, ya.

Saya: assalamu’alaykum! Kamana wae, om? Hehe bagaymana sudah memulai mengaji lagi kah?

Doski: wa’alaykumsalam. Aya wae. J acan, euy! Tapi saya kira tidak semua hal mesti sama. Perbedaan adalah rahmat. Saya masih dalam proses pencarian..

Saya: ya, memang Tidak semua hal mesti sama, karena jika semua hal sama, maka dunia ini akan mewujud menjadi tempat yang menjemukan! namun ada satu hal, akhi! satu hal! bagaimana menyelaraskan perbedaan itu demi suatu tujuan: kecintaan Tuhan.. sungguh! ana tidak sedang mencoba mengatakan bahwa HANYA jamaah ini yang akan menggiring manusia menuju cinta Tuhan! Ana hanya berusaha menepuk-hangat pundak antm, saat antum (dan banyak orang lainnya) tengah terombang-ambing waktu dan bimbangnya rasa. Ana sebagai saudara-sedarah dan saudara-tak-sedarah antum, berusaha mengatakan bahwa daratan ada di pelupuk mata, akhi..mari merapat..!

[yg ingin ana katakan di testimonial fs ini: mohon jangan artikan sapaan ini sebagai paksaan, namun posisikan sebagai penawaran di tengah perjalanan yang antum jalani: sebuah keterombang-ambingan di tengah "proses"]

Semoga menginspirasi!

TABIK!

[salfa]

read more

12 Mar 2011

ISLAM YANG TERPENJARA*


Guyuran air dingin menarik saya ke alam sadar setelah pingsan. Dengan kepala berat, saya melempar pandangan ke sekeliling ruangan pengap dan lembab itu. Oh, ternyata saya di sel kantor polisi. Saya kemudian dipaksa untuk bicara tentang bungkusan itu. Tentu saja saya jawab saya tidak tahu! Polisi kemudian meninggalkan saya dalam keadaan marah. Saya kemudian dipindahkan menuju sel yang lebih gelap.
Fyuh! Di dalam sel yang dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada ruang untuk cahaya menyelinap masuk, saya masih tidak menyangka kejadian dua hari yang lalu berakhir dramatis seperti ini.
* * *
Saat senja, matahari selalu saja menahan saya lebih lama di bibir pantai. Seperti biasanya, saya selalu berdua saja dengan si Noni. Dia memang bukan kekasih saya—bahkan dia bukan manusia—tetapi dialah yang selalu setia menemani saya ke mana-mana. Yeah, Noni itu sepedah ontel saya yang sudah mulai berkarat.
Dengan ditemani Noni dan lembayung berselimut sepi, biasanya saya banyak berfikir tentang hidup; tentang dari mana saya, apa tujuan saya ada, dan setelah tujuan saya ada telah saya penuhi, akan ke mana saya berakhir? Akh! Tak banyak orang yang merasa perlu untuk memikirkan hal seperti itu, tapi saya piker hal tadi lah yang akan membuat hidup seorang manusia akan berpola. Percaya atau tidak, karena berfikir tentang hal-hal tadi itulah saya memutuskan untuk putus dengan pacar saya. Karena saya merasa tidak ada gunanya saya berpacaran. Huft!
Saat itu tak seperti hari-hari sebelumnya, pantai hari itu terlihat penuh dengan orang-orang. Mereka berkerumun layaknya lalat yang mendapati daging yang sudah lama tak bertuan. Suara bising karena mereka bercakap pun sama bisingnya dengan kepakan sayap lalat. Whoops! Mereka mengerumuni sebuah dus, yang ternyata berisi potongan tubuh manusia.
Masih belum habis rasa penasaran dan mual saya, beberapa orang di samping saya terlihat memperhatikan dari ujung rambut hingga ujung kaki saya! Tingkah aneh itu saya balas dengan menatap lekat bola mata mereka. Saat akan beralih menatap orang ketiga yang menatap saya, salah seorang di tengah-tengah kerumunan itu berteriak, “woi, elu yang tadi buang bungkusan ini, ya?!” nah lho, kenapa tiba-tiba saya yang diteriakin gini?? Mendengar teriakan orang itu, kerumunan itu berbalik menjadi mengerumuni saya dan si noni tersayang. Satu persatu orang-orang itu dengan baik hati menghadiahkan saya dengan bogem mentah-nya, hingga entah di tangan orang ke berapa saya akhirnya jatuh terjermbab di pasir yang putih itu.
* * *
Ditemani gelap dan pengap, saya mulai mencoba berkenalan dengan ruangan ini. Rasanya seperti orang buta saja. Hmm.. mari mulai meraba. Pertama-tama saya berkenalan dengan kayu kasar. Mungkin maksudnya ini untuk tempat tidur, tapi saya pikir kucing budug pun enggan sekedar dekat papan penuh relief ini. Kalian tahu? Rasanya seperti memegang Korong alias upil yang udah kering! Haha! Jorok bangat ya?!

“orang baru, ya? Kenapa? Maling ayam? Hahaha!” suara dengan nada berat tiba-tiba keluar entah dari arah mana. “woi! Siapa , lu?! Kampret ngagetin aja!” saya teriak sambil entah menghadap orang itu atau tidak. “santai, kang! Duduk di bangku yang kamu pegang. Kita ngobrol dulu.” Selorohnya dengan santai. Saya masih emosi memang, tapi apa boleh dikata semua gelap, tak ada yang bisa saya tatap. Akhirnya saya duduk dengan manis di benda yang orang itu bilang bangku.

“sori, tadi gua kaget, jadi teriak kayak orang gila. Gua Almer Akira Al-Zada a.k.a. A3, lu siapa?” Saya mulai menurunkan nada bicara sambil masih tetap bingung ke arah mana saya harus menghadap untuk menemukan lawan bicara saya.

“nama saya Islam. Hmm.. Akira? Gak kedengeran kayak nama seorang maling ayam. Kenapa kamu bisa di sini?” pembicaraan kami sudah mulai cair dengan cara bicaranya yang semakin santai. “eh? Islam? Nama yang unik. Gua di sini gara-gara dituduh orang yang mutilasi, padahal bukan gua yang ngelakuin itu, sumpah! Cuma gara-gara gua kebetulan lewat, eh gua diteriakin sama orang-orang kampring itu!” saya bercerita dengan berapi-api. “ooh.. iya, saya percaya bukan kamu pelaku pembunuhan itu, Akira. Dari cara kamu cerita, saya tau kamu orang baik.” Dia bicara seolah dia dukun. Hehehe.

“bagus lah kalo lu percaya gua orang baik. Oia, lu sendiri dari kapan di sini, terus gara-gara apa, bro?” Tanya saya dengan penasaran.

“terlau panjang lah kalo diceritain. Kamu bakalan bosen!” Dia menolak dengan halus. “whuei, gua itu pendengar setia aki-aki di panti jompo, bos! Jangan khawatir gua bakalan bosen!” saya memaksanya untuk bercerita.

“ oke deh, nih saya mulai cerita.” Dia pun mulai bercerita sambil terdengar nada girang, seperti anak kecil yang baru mendepatkan sepeda pertamanya.

Dia bernama Islam. Saya hampir tidak percaya saat dia berkata bahwa dia sudah ada di dunia ini sejak 14 abad yang silam, namun ceritanya membuat saya percaya bahwa dia memang sudah hidup selama itu. Ya! Dia berkisah bahwa dirinya ‘dibidani’ oleh Rasulullah Saw., kemudian dijaga oleh keempat sahabat Rasul Saw. dan para khalifah setelahnya.

Untuknya didirikanlah sebuah payung pelindung untuknya bernama Daulah Khilafah, yang di kemudian hari menjadi pencerah bagi umat manusia di dunia. Bersamanya muncullah orang-orang masyhur yang menjadi peletak dasar-dasar ilmu yang membimbing renaissance di Barat.

Dia kemudian menjabarkan beberapa ilmuwan besar dan karya-karyanya yang mengabadikan nama mereka. Disebutlah yang pertama, Al-Khawarizmi, seorang ahli astronomi, geografi dan matematikawan super brilian. Di Barat, khususnya di Eropa lebih dikenal dengan sebutan Algorism atau Algorim. Beliau mewariskan ilmu tentang Al-Jabar, mulai dari perhitungan sederhana (kali, bagi, tambah, kurang), sampai matematika rumit bertitelkan ‘kalkulus’, yang konon rumit. Beliau pun mewariskan teorema Trigonometri: sinus, cosinus, tangen, cotangen, dll.

Kemudian disebutlah Ibnu Sina seorang ahli filsafat, bahasa, astronomi, dan yang paling menonjol dalam bidang kedokteran. Karyanya, al-Qanuun—yang diterjemahkan menjadi the Canon—hingga kini masih menjadi rujukan kedokteran di Barat.

Selanjutnya Ibnu Al-Haiitsami, sebagai pelopor dalam bidang optik yang bereksperimen dengan 27 jenis lensa yang berbeda, yang kemudian menemukan hukum refleksi dan refraksi. Kitabnya yang berjudul Al-Manazhir (kamus optik), konon adalah satu buku yang paling banyak dijiplak dalam sejarah sains. Ilmuwan yang menjiplaknya antara lain Roger Bacon, Da vinci, Kepler, atau bahkan mungkin juga Newton.

Last but not least, Al-Bukhori, seorang perawi hadits yg mempunyai daya ingat sedemikian cemerlangnya, serta sederetan nama lain yang tidak akan cukup kalau disebutkan di sini semuanya.

Di bawah naungan Daulah Khilafah itulah tunas-tunas tumbuh di bawah keperkasaan. Bunga-bunga mekar tanpa ada yang berani merenggutnya dengan paksa. Manusia aman sentosa tanpa cela, dan tak pernah berhenti membesarkan Penciptanya.

Saat itu, ratusan tahun dunia tunduk. Ratusan tahun manusia takluk. Mereka hargai dan segani Khilafah Islamiyah. Bumi jadi tempat yang megah. Dimana setiap jiwa terpelihara dari dosa, setiap harapan punya tempat yang terang untuk diwujudkan, mawar-mawar merah dijaga kehormatannya, dan taman-taman bunga selalu semerbak mengharumi dunia.

Itu keadaan 87 tahun yang lalu, sebelum dirinya dipenjara di sini bersama saya. Untuk yang keduakalinya saya hampir tidak percaya: dia di penjara ini sudah 87 tahun?! Lalu apa yang terjadi sebelum Islam dipenjara? Dia berkata bahwa pelindungnya telah dihancurkan. Ya! Daulah Khilafah telah dihancurkan! Setelah itu secara perlahan orang-orang mulai meninggalkan Islam. Mereka bukan tidak percaya Islam, namun hanya saja mereka mengenyampingkannya dari tengah-tengah kehidupan mereka, bahkan akhirnya mereka melarang Islam untuk hadir, di tengah-tengah masyarakat! MEREKA MEMENJARAKAN ISLAM!

Wow! Saya sangat heran, bagaimana mungkin orang yang katanya percaya pada Islam, namun dia memenjarakannya hingga tidak bisa hadir di tengah-tengah kehidupan mereka?!

Di hari itu saya perasaan di hati saya campur-baur. Ada rasa takjub, malu, hingga marah dan jengah! Saya jengah dengan bodohnya orang yang berani-beraninya memenjarakan Islam di sudut kelam. Entah setelah berapa jam kami mengobrol, saya yang kelelahan akhirnya terlelap.
* * *
Berbulan-bulan setelah kami bertemu dan berbincang, saya yang akhirnya bebas karena memang tidak ada bukti untuk ditahan, mencoba mengunjungi kawan saya yang berada dalam sel kelam. Namun betapa saya terkejut mendapati kabar bahwa tidak pernah ada tahanan bernama Islam dan saya tidak pernah ditempatkan dalam sel gelap! Saya kemudian bertanya, kalau begitu apa yang terjadi pada saya kemarin itu? Sipir bilang bahwa saya hanya pingsan saja. WHAT?! Lalu dialog yang kemarin itu??
* * *
Tujuh hari penuh saya memikirkan tentang dialog saya dengan makhluk bernama Islam. Dialog itu terasa sangat nyata! Menyentuh jiwa dan mengobarkan amarah, tapi ternyata bahkan dialog itu tidak nyata? Saya yakin pasti ada ‘sesuatu’ yang ingin ditunjukkan oleh ‘Sesuatu’! Saya harus cari tahu sampai dapat jawaban yang memuaskan akal dan menentramkan jiwa.
* * *
Jalanan sore lagi-lagi memukau iris saya. Yeah! Lembayung digelayuti mentari seolah mencair layaknya margarin meleleh di penggorengan. Akhirnya setelah kesana kemari dan menghabiskan waktu 1 tahun penuh, saya mendapatkan jawaban tentang dialog saya dengan Islam itu.
Saya akhirnya tahu bahwa dialog saya dengan Islam itu tidak benar-benar terjadi, namun kondisi yang dialaminya memang benar-benar terjadi pada Dien yang bernama sama: ISLAM. Islam yang dahulu memuliakan dan dimuliakan pemeluknya disingkirkan dari kehidupan manusia, dicampakkan, dipenjarakan di sudut-sudut gelap yang terhinakan.
Sekarang saya ditemani Noni tersayang meluncur di setiap petang untuk berusaha membebaskan Islam. Bukan dari penjara fisik, namun dari belenggu pengkerdilan manusia-manusianya. Kami meluncur dari rumah ke rumah, menggelar diskusi-diskusi kecil, menghantam opini-opini miring, bahkan berjalan mengelilingi kota untuk membebaskan ISLAM YANG TERPENJARA!
Semoga kalian pun tergugah membebaskan Islam dari penjara tanpa perlu mengalami kegilaan yang saya alami. Atau hanya ingin jadi PECUNDANG yang memenjarakan Islam?!
When the sun arise from west
When the sin out of the demon ass
We will pay what we have done before
Through the pain, or no limit pleasure
(Hipocrishit—PURGATORY)
TABIK!
*) Tulisan ini merupakan produksi ulang tulisan yang dibuat penulis lain dengan judul dan inti cerita yang sama, namun dengan karakter, cara penulisan dan cerita yang agak berubah.
Semoga kamu gak bete lagi karena tulisan kamu saya bajak (lagi). 
Teruntuk kawan satu Halqah awak yang sering terlihat ketus: Isal.. :-)
read more

7 Mar 2011

sarcasm dialogue

A: Adi aing nu awewe keukeuh hayang kuliah di Psikologi, euy! Kamana nya?
B: nu urang apal nu terkenal teh mun teu di UNPAD, UGM atawa UI weh..
A: ah bingung, an***g!
B: naha bingung sagala?! ngiBING jeung maUNG?
A: enya, an***g! adi urang pas sakola ge nguruskeun na teh bobogohan jeung bobogohan wae! Ngomongkeun na teh lalaki we! Eta teh keur di imah keneh! Kumaha mun jauh ti imah?! Teu kakontrol ku aing! Paur!
B: eta weh atuh nu deukeut, UNPAD atawa UPI, jeung UIN ge aya ketang.
A: oh heueuh. Eta wae kitu??

Huft.. berat buat saya nulis kata-kata sarkas itu (meskipun disensor), hehehe. Tapi saya merasa perlu untuk menulis kata2 itu untuk menggambarkan point apa yang ingin saya sampaikan.
Kali ini saya coba bahas tentang apa coba? Yap! Tentang WANITA! Makhluk yang dilindungi, dihormati dan dimuliakan oleh Allah. (terus kenapa perlu ada kata-kata sarkas yang disensor itu? Kalian bakal tau sendiri!)

Tidak banyak wanita yang menyadari bahwa mereka dimuliakan oleh Allah. Gak percaya? Lihat berapa banyak wanita yang mengiyakan titah Allah buat mengenakan ‘khimar’? Berapa banyak wanita yang mengiyakan titah Allah untuk mengenakan ‘jilbab’?
Ah! saya hampir yakin kalian mulai bête setelah baca paragraf di atas! Iye lah! Orang tuh biasanya gak suka diusik ‘comfort zone’-nya! Jangan pura-pura bilang ‘engga’ deh!
Oke, let’s get in to the point! Begini lho para pembaca yang budiman. Dari dialog di atas (yang memang bener-bener saya alami), saya Cuma pengen ngegambarin betapa sebejad-bejadnya kakak, babeh, ato laki-laki mana pun, sungguh mereka GAK SUDI anggota keluarganya yang wanita atau wanita yang dia sayang disakiti, dilecehkan, atau direndahkan kehormatannya! Coba tanya sama preman-preman yang suka godain cewe dengan manggil “neng, bade ka mana?!” ato suit-suitin kalo ada cewe lewat: dia bakalan gimana kalo emak dia, adik cewe dia, bibi dia, ato mungkin istri dia dilecehin? Beuh! Saya yakin jawabannya bakalan ekstrim! Jawaban ‘paling santai’ kayaknya “ku aing bakal diteunggeulan!”

Saya pikir itu jadi bahan renungan buat saya (semoga buat kalian juga) bahwa kalian Kaum Hawa itu ditinggikan derajatnya oleh Allah ‘azza wajalla! Jangan coba-coba merendahkan diri dengan ‘mengobral’ diri! Hormati diri kalian dengan hanya menampakkan apa yang patut ditampakkan di muka umum. DEMI ALLAH kalian terlalu berharga untuk membuka apa yang seharusnya ditutupi!!! Tidak akan menjadi buruk rupa seandainya kalian hanya menampakkan apa yang patut untuk ditampakkan!

*Emm.. apa dialog di atas nyambung dengan wakwekwok saya? Whatever! Huahahaha!

Teruntuk ‘tulang rusuk’ yang entah berpasang dengan siapa kelak
Jangan biarkan liar pandangan menyibak
Cintailah titah Tuhanmu yang menunjuk
Hingga manisnya jannah kelak kita jejak!

Semoga menginspirasi!
Tabik!
[salfa]
read more

7 Jan 2011

jumud

Di tengah keterasingan dari hawa yang menggerakkan, aku menjerumuskan diri hingga berada di dasar kebodohan seorang makhluk! Jumud menelikung, sudah pasti hambar langkah menjadi kawan selanjutnya.

Dahulu hujan-malas menyuburkan inspirasi bagi kodok2 tolol untuk mengorek. Kini pun ku rasa tak jauh berbeda! Dia bahkan mencibir mentari yang biasanya membangkitkan generasi baru dalam kehidupan! Akhirnya apa yang aku dapat? Tidak ada. Hanya menjadi bongkahan batu tanpa makna dan rasa.


 

Matirasa bukan lagi hal yang aneh saat kau kedinginan di bawah deras rinainya hujan. Ya! Awalnya ku berharap ada kebaikan yang tiba saat pelangi datang menghampiri pengampunan-pagi, namun kalian tahu itu sebuah kesia-siaan. Layaknya seorang anak yatim yang menunggu ayahnya untuk pulang.

read more

CAPTAIN BARBAROSA

Oleh: Alwi Alatas (Penulis buku "Khairuddin Barbarossa: Bajak Laut atau Mujahid?". Master di bidang Sejarah Universitas Islam Antarbangsa, Malaysia)

(Sumber: Sabili No. 13 TH. XVI 15 Januari 2009 / 18 Muharram 1430, hal 124-132 [Edisi Khusus "The Great Muslim Traveler"])

Di Barat, namanya tercatat sebagai bajak laut kejam berjenggot merah yang menguasai lautan luas. Tapi dalam sejarah Islam, namanya harum sebagai laksamana penjaga wilayah Khilafah Utsmani Turki yang perkasa.


John Perkins, dalam bukunya yang berjudul The Secret History of The American Empire (diterbitkan oleh Ufuk Press dengan judul Pengakuan Bandit Ekonomi), menjelaskan citra pelaut-pelaut Bugis di mata orang -orang Eropa. Ketika pergi ke Sulawesi, ia menjelaskan bahwa pulau ini merupakan "Rumah bagi suku Bugis yang keji… mereka dianggap sebagai bajak laut paling kejam, paling haus darah di dunia. Di kampung halaman, orang-orang Eropa… mengancam anak-anak mereka yang tidak patuh bahwa jika mereka tidak bersikap manis, orang Bugis akan menculik kalian."


Terlepas dari bayang-bayang kekejaman bajak laut Bugis di masa lalu itu, sudut pandang Perkins mulai berubah ketika ia berkawan dengan seorang Bugis selama tinggal di Sulawesi. Teman Bugisnya ini tidak memandang diri mereka sebagai bajak laut. Kenyataannya, mereka hanya mempertahankan tanah air mereka dari para pengacau dan penjarah Eropa. Kisah singkat ini memperlihatkan sebuah contoh bagaimana suatu sudut pandang bisa mengubah sebuah penilaian secara diametrikal, dari bajak laut menjadi pembela negara, atau sebaliknya dari pahlawan menjadi penjahat.


Era kolonial, sejak awal hingga akhir, memperlihatkan ironi-ironi semacam ini. Orang-orang Eropa menaklukkan dan menjajah negeri-negeri Muslim dan mendefinisikan lawan menurut sudut pandang dan kepentingan mereka. Label -label negatif akan segera dilekatkan pada pihak-pihak yang menentang serta pihak yang dijajah secara umum. Jika perlawanan itu terjadi di laut, maka nama yang biasa mereka berikan kepada para pembela tanah air itu adalah bajak laut.


Hal yang sama juga pemah terjadi di awal kebangkitan Eropa dan petualangan mereka menaklukkan berbagai belahan dunia. Tak lama setelah berhasil mengusir orang-orang Islam dari pijakan terakhimya di Granada, Spanyol, pada tahun 1492, orang-orang Portugis dan Spanyol, para conquistador yang haus kekuasaan ini, segera menyerbu pantai-pantai Afrika Utara. Raja-Raja Maghrib, Tunisia, dan sekitarya yang lemah tak punya cukup kemampuan dan kemauan untuk mengusir orang-orang Kristen yang penuh semangat ini dari tanah-tanah mereka. Orang-orang Spanyol merebut tempat-tempat strategis, seperti Ceuta di Maroko dan Aljir di Aljazair, dan membangun benteng yang menyulitkan penguasa-penguasa Muslim setempat untuk merebut kembali tempat-tempat itu. Pada masa-masa ketidakberdayaan penguasa Muslim setempat inilah muncul para 'pejuang swasta' yang dimotori Barbarossa bersaudara di perairan Mediterania. Mereka tampil menghadapi ancaman penjajah Kristen Eropa. Dan sebagaimana orang-orang Bugis di Indonesia, orang-orang Eropa pun menamai Barbarossa dan kelompoknya sebagai bajak laut.


Barbarossa atau si Janggut Merah, lama-kelamaan berkembang menjadi sosok yang menakutkan orang-orang Eropa. Kendati pada awalnya hanya berjuang dengan satu kapal dan tak mendapat dukungan dari pemerintahan Muslim mana pun, mereka mampu men...gembangkan armada mereka menjadi sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan di Mediterania, Laut Tengah. Negeri-negeri di Selatan Eropa, seperti Spanyol, Italia dan Yunani, membangun benteng-benteng pertahanan di wilayah pesisir mereka untuk mengantisipasi serangan Barbarossa. Orang-orang Italia menamai Barbarossa dengan sebutan Il Diavolo atau si Setan. Para ibu di Eropa menakut-nakuti anak mereka yang nakal dan sulit diatur dengan menyebut nama Barbarossa. Dan seorang penyair menggelarinya sebagai 'pemilik segala kejahatan' dan 'perompak yang tak ada bandingannya di dunia'.


Kenyataannya, Barbarossa bersaudara adalah pejuang-pejuang Muslim yang tidak menyerang kecuali kapal-kapal Eropa yang memerangi negeri-negeri Islam. Tulisan ini akan menguraikan figur pejuang yang sangat tangguh ini lebih jauh.


Barbarossa bersaudara adalah dua orang kakak beradik bernama Aruj dan Khidr. Keduanya dilahirkan di Pulau Lesbos (Mytilene/Madlali), di wilayah Turki, dari seorang ayah yang merupakan veteran perang pada masa kekuasaan Sultan Muhammad al-F...atih dan seorang ibu penduduk asli pulau itu. Ayah mereka, Ya'kub bin Yusuf, menetap di Lesbos tak lama setelah penaklukkan pulau itu oleh pasukan al-Fatih di tahun 1462. Ia mengisi masa pensiunnya dengan membuka sebuah kedai dan membina keluarga. Dari pernikahannya lahir empat orang putra, Ishak, Aruj, Khidr, dan Ilyas. Keempat anak ini, khususnya Aruj dan Khidr, tumbuh dalam budaya pesisir dan kelak muncul sebagai pelaut-pelaut yang tangguh.


Putra-putra Ya'kub ini tumbuh pada salah satu era paling menentukan dalam sejarah umat manusia. Mereka hidup di tengah benturan peradaban yang keras di wilayah Mediterania. Benturan peradaban antara Timur dan Barat, antara Islam dan Kristen. Hanya sekitar satu atau dua dekade sebelum kelahiran anak anak ini, peradaban Islam terpenting saat itu, Turki Utsmani, di bawah pimpinan Muhammad al-Fatih pada tahun 1453, telah berhasil menaklukkan kota Konstantinopel. Kejatuhan kota yang merupakan ibukota Romawi Timur, Byzantium, sekaligus pusat Kristen Ortodoks itu menimbulkan jeritan putus asa dan kemarahan di belahan Eropa lainnya. Sebaliknya, hal itu meningkatkan semangat jihad dan kebanggaan di belahan dunia Isla mengingat Nabi Muhammad saw sendiri telah meramalkan kejatuhan kota itu dalam haditsnya.


Aruj, Khidr, dan saudara-saudaranya tentunya juga ikut merasakan semangat dan gejolak kebanggaan ini, karena ayah mereka merupakan salah satu anggota pasukan Sultan al-Fatih, Sang Penakluk. Hanya saja di pengujung abad itu wila yah Mediter...ania juga menyaksikan pembalasan orang-orang Eropa Kristen pada kaum Muslimin. Pada tahun 1492, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol menaklukkan Granada, benteng terakhir kaum Muslimin yang kaya raya di ujung Selatan Andalusia. Namun, berbeda dengan al-Fatih yang bersikap toleran dan membuka pintu Konstantinopel pasca penaklukkan bagi orang-orang non -Muslim, penguasa baru Kristen di Andalusia segera membatalkan perjanjian yang mengharuskan mereka memelihara toleransi. Kaum Muslimin Andalus pun menjadi korban pemurtadan massal yang diiringi dengan penyiksaan inkuisisi serta pengusiran besar-besaran. Setelah penaklukkan Granada, kapal-kapal Spanyol dan Portugis segera meneror perairan Mediterania dan pesisir Afrika Utara.


Ketegangan di Mediterania dan terancamnya pelaut-pelaut Muslim oleh gangguan kapal-kapal Kristen, serta ketidakberdayaan penguasa-penguasa Afrika Utara dalam memberikan perlindungan, tak urung melahirkan perlawanan sipil yang belakangan di...tuding pihak Eropa Kristen sebagai aksi-aksi bajak laut. Aruj, putra Ya'kub, pernah merasakan pengalaman buruk dengan pelaut-pelaut Kristen Eropa. Kapal dagang Aruj pernah dibajak oleh ordo militer Saint John dan ia sendiri tertawan oleh mereka. Namun, ia berhasil meloloskan diri. Peristiwa ini menguatkan tekadnya untuk bangkit melawan orang-orang Eropa itu. Ia mengajak adiknya, Khidr (yang belakangan berganti nama menjadi Khairuddin), untuk ikut serta dalam perjuangan itu. Aruj dan Khidr (Khairuddin) memulai 'karir' jihad mereka dengan sebuah kapal dan persenjataan terbatas. Namun, keterampilan keduanya menjadikan kekuatan mereka tumbuh semakin kuat dan muncul sebagai armada yang ditakuti di perairan Mediterania. Jenggot mereka yang berwarna merah kemudian membuat mereka lebih dikenal dengan nama yang menggetarkan: Barbarossa, Si Janggut Merah.


Kedua pejuang ini terus mengonsolidasikan kekuatan mereka dan mulai menjalin hubungan dengan beberapa penguasa setempat. Mereka menjadikan beberapa pulau yang strategis di perairan Mediterania sebagai pangkalan rahasia mereka, di antaranya Pulau Jarbah di Teluk Gabes yang diberikan oleh Sultan Tunis dengan imbalan Kerajaan Tunis akan menerima seperlima dari rampasan perang Barbarossa bersaudara. Pulau Giglio di Barat Laut kota Roma juga disebut-sebut sebagai salah satu markas angkatan laut Barbarossa. Dari basis-basis pertahanan rahasia tersebut kedua bersaudara dan para anak buahnya berhasil mengacaukan pelayaran kapal-kapal Kristen di Mediterania serta menyerang wilayah-wilayah Afrika Utara yang mereka duduki. Sepanjang tahun 1510-an, armada di Janggut Merah berhasil membebaskan beberapa kota penting di pesisir Aljazair, seperti Aljir, Bajayah, dan Jaijil. Pada masa-masa ini mereka juga berhasil membantu orang-orang Andalus yang melarikan diri dari kekejaman orang- orang Spanyol. Tidak sedikit dari kaum pelarian ini yang kemudian bergabung dengan armada Barbarossa bersaudara.


Hubungan kedua bersaudara ini dengan para sultan Afrika Utara yang wilayahnya mereka bantu bebaskan tidak sepenuhnya mulus. Sebagian dari para sultan ini rupanya merasa terancam dengan kekuatan Barbarossa yang semakin lama semakin besar. Sultan Salim al-Toumy, penguasa Aljazair, mulai merasa terganggu dengan aktivitas Aruj dan Khairuddin dalam membebaskan Aljir dan beberapa kota pantai Aljazair lainnya. Sang Sultan kemudian mengusir Aruj dan anak buahnya dari Aljazair pada tahun 1516. Pengusiran tersebut menyebabkan Aruj mengambil sebuah keputusan penting. Ia menganggap Aljazair terlalu penting sebagai basis perjuangan melawan Spanyol dan para sekutunya, sementara sultan negeri itu tidak memiliki komitmen yang jelas terhadap kaum Muslimin. Maka ia pun menggulingkan Sultan al-Toumy dan bertindak sebagai penguasa Aljazair. Tahun ini menandai era baru perjuangan Barbarossa bersaudara, dari perjuangan yang sepenuhnya bersifat militer, kini mulai merambah wilayah politik dan kenegaraan.


Pada tahun yang sama di Eropa, cucu Ferdinand yang bernama Charles, diangkat menjadi Raja Spanyol. Walaupun pada saat itu usianya baru 16 tahun, ia segera akan menjadi penguasa terpenting di Eropa, sekaligus menjadi musuh utama Turki Utsmani dan Barbarossa bersaudara. Keadaan di Mediterania semakin memanas pada tahun-tahun berikutnya. Pada 1517, Sultan Salim mengirim pasukan Turki Utsmani memasuki Mesir dan merebut wilayah itu dari kekuasaan Dinasti Mamluk. Sementara itu, Barbarossa bersaudara mulai menjalin hubungan dengan pihak Turki dalam jihad mereka menghadapi orang-orang Eropa Barat.


Pada tahun 1518, Aruj dan pasukannya bergerak ke Tlemcen (Tilmisan) untuk menghadapi penguasa setempat yang berhasil dihasut oleh pihak Spanyol. Khairuddin, sang adik, diperintahkan oleh kakaknya untuk memimpin Aljir selama kepergiannya. Aruj dan anak buahnya berhasil merebut Tlemcen selama beberapa waktu, tapi mereka segera dikepung oleh tentara Spanyol dan penduduk wilayah itu. Aruj dan pasukannya berhasil meloloskan diri. Namun, pejuang yang biasa dipanggil Baba Aruj oleh anak buahnya ini akhirnya gugur sebagai syuhada dalam pertempuran menghadapi musuh di tempat yang tak terlalu jauh dari kota itu. Kini Khairuddin Barbarossa, sang adik, terpaksa memimpin armada dan pasukan yang telah mereka bangun selarna beberapa tahun tanpa sang kakak.


Ketiadaan Aruj ternyata tidak melemahkan Khairuddin. Ia segera memperlihatkan kepiawaiannya dalam memimpin. Sejak masa mug'padanya ia telah memperlihatkan kepribadian yang menonjol. Sebagaimana kakaknya, fisik Khairuddin sangat kuat. Ia berani sekaligus penuh perhitungan. Selain itu, ia juga cerdas dan mampu berbicara dalam berbagai bahasa yang biasa digunakan di Mediterania, seperti bahasa Turki, Arab, Yunani, Spanyol, Italia, dan Perancis. Setelah Aruj gugur di medan pertempuran, Khairuddin mempertimbangkan lebih serius hubungan dengan kesultanan Turki. Masyarakat Aljazair dan sekitarnya memang mengharapkan kehadiran Khairuddin dan pasukannya, tapi beberapa penguasa setempat cenderung memusuhinya. Maka ia meminta penduduk Aljazair untuk mengalihkan loyalitas mereka pada Sultan Turki. Masyarakat Aljazair setuju, dan suatu misi diplomatik pun diutus ke Istanbul. Misi tu berjalan dengan baik. Pada tahun 1519, Khairuddin Barbarossa secara resmi ditetapkan menjadi semacam gubernur Turki di Aljazair. Pada tahun berikutnya, Sultan Salim meninggal dan digantikan oleh Sulaiman The Magnificent yang kemudian dikenal sebagai salah satu sultan terbesar Turki Utsmani. Hubungan Barbarossa dengan Turki menjadi semakin erat pada masa Sulaiman yang memerintah selama empat puluh enam tahun.


Kendati telah ditetapkan sebagai penguasa Aljazair, Khairuddin Barbarossa lebih sering berjuang di lautan sebagaimana masa-masa sebelumnya. Ia dan armadanya sempat menyelamatkan tujuh puluh ribu Muslim Andalusia yang tertindas di bawah pemerintahan Charles V. Orang-orang Islam ini dipaksa masuk Kristen dan diancam dengan penyiksaan inkuisisi yang sangat kejam sehingga terpaksa melarikan diri ke gunung dan melakukan perlawanan. Kekuatan mereka jelas sangat tidak seimbang dibandingkan kekuatan pasukan Charles. Maka mereka pun meminta bantuan Barbarossa yang segera menolong dan memindahkan mereka secara bertahap ke Aljazair.


Pada tahun 1529, Khairuddin Barbarossa berhasil merebut kembali Pulau Penon yang terletak di seberang Aljir dan selama bertahun-tahun dikuasai oleh tentara Spanyol. Ia dan pasukannya membombardir benteng pulau itu selama dua puluh hari. Dua puluh ribu tentara Spanyol yang berlindung di balik benteng itu berhasil ditawan dan dipekerjakan untuk membangun benteng di pesisir Aljir. Tujuh kapal Spanyol yang kemudian datang untuk memberikan bantuan akhirnya juga jatuh ke tangan Barbarossa. Pada tahun yang sama, Sultan Sulaiman menyerang dan mengepung kota Wina, Austria, untuk yang kedua kalinya. Walaupun serangannya yang kedua ini juga gagal sebagaimana sebelumnya, hegemoni tentaranya di darat, bersama dengan kekuatan armada Barbarossa di Laut Tengah, telah menimbulkan tekanan dan kekhawatiran yang besar di Eropa Barat.


Pada tahun 1533, Khairuddin diundang ke Istanbul oleh Sultan Turki. Ia pun berang kat dengan 40 kapal, dan sempat berpapasan dan memenangkan pertempuran melawan armada Habsburg di perjalanan ke Istanbul. Setibanya di ibu kota Turki Utsmani ...itu ia disambut dengan meriah dan diangkat sebagai Kapudan Pasha (Grand Admiral), posisi tertinggi di angkatan laut Turki. Ia menyandang gelar itu hingga tahun kematiannya, 1546. Tentu saja ini merupakan sebuah puncak karir yang luar biasa untuk seorang 'bajak laut'. Tapi Barbarossa memang dianggap sangat layak untuk posisi itu oleh para petinggi Turki Utsmani. Kemampuannya di bidang angkatan laut sangat diperlukan untuk membangun armada Turki yang tangguh. Bahkan seorang konsul Perancis menyatakan bahwa puncak kesuksesan Dinasti Umayah di lautan telah dimulai ketika Khairuddin menghentakkan kakinya di pelabuhan Istanbul.


Ketegangan dengan pihak Spanyol semakin serius setelah itu. Pasukan gabungan Spanyol yang sangat besar jumlahnya berhasil merebut Tunisia dari tangan Barbarossa pada tahun 1535. Barbarossa kemudian membalasnya dengan menyerang Puerto de Mahon di Kepulauan Baleares, Spanyol, dan merebut beberapa kapal Spanyol dan Portugis yang baru saja kembali dari benua baru Amerika dengan membawa emas dan perak yang telah mereka rampas dari penduduk setempat.


Tiga tahun setelah itu, terjadi sebuah pertempuran besar antara armada Kristen dan Muslim di Preveza, Yunani. Armada Kristen yang terdiri dari 600 kapal Spanyol, Holy Roman Empire, Venesia, Portugis, Genoa, Vatikan, Florence, Malta, dan negara-negara Eropa lainnya yang dipimpin oleh Andre Doria berusaha melumatkan armada Barbarossa yang jumlahnya hanya sepertiga dari kekuatan musuh. Setelah saling mengintai di perairan Ionian, Yunani, armada Barbarossa memasuki Selat Preveza yang sempit dan menunggu di teluk besar yang terdapat di bagian dalamnya, sementara musuh menunggu mereka di luar. Ini terjadi pada hari Jum'at, 27 September 1538. Barbarossa mengumpulkan pasukannya untuk mengatur strategi dan memutuskan untuk bergerak keluar dan menghadapi musuh secara langsung. Armadanya melintas keluar Selat Preveza pada hari Sabtu sebelum fajar. Kedua armada besar itu saling berhadap hadapan pada saat matahari baru saja naik. Barbarossa dan armadanya berhasil menerapkan strategi perang secara jitu. Kendati jumlah kapal mereka lebih sedikit, tapi kapal-kapal mereka lebih lincah dan meriam-meriam mereka mampu menjangkau jarak yang lebih jauh. Setelah bertempur selama beberapa jam, armada Barbarossa mampu melumpuhkan separuh armada Kristen. Kekalahan telak yang tak disangka-sangka ini membuat armada pimpinan Andrea Doria itu terpaksa mengundurkan diri. Kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran besar itu.


Setelah 1538, beberapa pertempuran masih terjadi antara pihak Kristen dan Muslim, dan lebih sering dimenangkan oleh pasukan Muslim. Ketika Charles V berusaha menguasai Aljazair dengan 200 kapal perangnya pada tahun 1541, mereka malah disergap badai di perairan Aljir, dan terpaksa kembali pulang dengan kerugian besar. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Barbarossa sempat ditugasi membantu pasukan Perancis yang pada masa itu bermusuhan dengan Spanyol di bawah kepemimpinan Charles dan memilih untuk bersekutu dengan Turki. Ia membantu Perancis merebut kota Nis pada tahun 1543, kemudian menetap di kota Toulon selama musim dingin, sebelum pergi ke Genoa untuk menegosiasikan pembebasan salah satu anak buah terbaiknya, Turgut Reis.


Khairuddin Barbarossa meninggal dunia dengan damai di Istanbul pada tahun 1546. Ia tetap dikenang sebagai seorang pejuang lautan yang tangguh dan seorang mujahid yang ditakuti musuh-musuhnya di Eropa Barat. Selama masa hidupnya, sebagian besar wilayah Afrika Utara berhasil dibebaskan dari penjajahan Eropa dan perairan Me diterania berhasil diamankan. Setelah wafatnya, kedudukan Khairuddin Barbarossa sebagai Kapudan Pasha dipegang oleh Turgut Reis hingga yang terakhir ini syahid pada tahun 1565 dalam pertempuran menghadapi ordo Saint John di Pulau Malta.


Aruj dan Khairuddin Barbarossa telah meninggalkan sebuah jejak yang mengagumkan dalam lembar sejarah Islam. Akankah Barbarossa-Barbarossa lainnya kembali lahir dari tengah kaum Muslimin generasi modern ini?


pirated from: http://www.facebook.com/photo.php?pid=619692&id=1665633879

read more

20 Nov 2010

bulletin #1


1st edition..................
pengennya sih awak ubah ni bulletin jadi Black n white, tapi berasa kurang ashoy ternyata.. :D
kalian aja yang ganti jadi BW nya ya... :p


read more

4 Sep 2010

Hati-hati bermain dengan hati



Bermain hati dengan hati2. coba fikirkan: mengapa "hati" jika dilakukan pengulangan atasnya bermakna "apik dalam melangkah dan mengambil keputusan"? kenapa? Ya, karena "hati" adalah sesuatu yang ringkih dan rapuh. Sesuatu yang harus diperlakukan dengan sangat apik. Dia adalah sesuatu yang akan sulit untuk diperbaiki. Orang bodoh lah yang mempermainkan hati. Orang yang 'tidak punya' hati lah yang mempermainkan hati.


 

Manusia mempunyai hati. Pada hakikatnya 'hati' (baca: persaan) adalah tumpukan dari kerja akal yang direpress ke alam bawah sadar. Ya! Mari kita renungkan. Perasaan2 yang seringkali menghinggap di diri kita sebetulnya seringkali bisa dirasionalkan. Rasa suka, benci, marah, senang, bahkan CINTA, yang sebagian orang berpendapat bahwa ia tidak rasional, bisa dirasionalkan! Hanya saja banyak orang yang tidak mau (jika tidak dikatakan merasa tabu) untuk merasionalkannya. Ada yang merasa suka (orang bilang: cinta) pada orang lain karena dia cantik, ganteng, body abohay, berjanggut lebat (wkwkwk…), berkharisma, tajir, atau hal lainnya. Hanya saja sekali lagi, banyak orang yang tidak mau mengakui bahwa rasa sukanya itu karena hal2 yang rasional tadi. Ada yang berkilah "ah saya sih suka dia saat pandangan pertama aja. Tiba2 suka aja.".


 

Rasulullah saw. pun ternyata punya pertimbangan saat beliau 'memutuskan untuk jatuh cinta' pada Khadijah. Beliau melihat Khadijah sebagai seorang wanita yang berakhlaq mulia. Lagi2 hal yang rasional: karena Khadijah yang berakhlaq mulia.


 

Pada akhirnya kita akan mendapati sisi lain yang seringkali dirasa tabu untuk dinyatakan: manusia selalu mempunya reason dalam setiap tingkahlaku, bahkan "tingkah-hatinya". Hal yang sulit untuk dirasionalkan akan bisa dirasionalkan saat seseorang benar2 "telanjang" dari pembelaan dirinya dari stigma 'tabu'.

Tabik!

read more