Bermain hati dengan hati2. coba fikirkan: mengapa "hati" jika dilakukan pengulangan atasnya bermakna "apik dalam melangkah dan mengambil keputusan"? kenapa? Ya, karena "hati" adalah sesuatu yang ringkih dan rapuh. Sesuatu yang harus diperlakukan dengan sangat apik. Dia adalah sesuatu yang akan sulit untuk diperbaiki. Orang bodoh lah yang mempermainkan hati. Orang yang 'tidak punya' hati lah yang mempermainkan hati.
Manusia mempunyai hati. Pada hakikatnya 'hati' (baca: persaan) adalah tumpukan dari kerja akal yang direpress ke alam bawah sadar. Ya! Mari kita renungkan. Perasaan2 yang seringkali menghinggap di diri kita sebetulnya seringkali bisa dirasionalkan. Rasa suka, benci, marah, senang, bahkan CINTA, yang sebagian orang berpendapat bahwa ia tidak rasional, bisa dirasionalkan! Hanya saja banyak orang yang tidak mau (jika tidak dikatakan merasa tabu) untuk merasionalkannya. Ada yang merasa suka (orang bilang: cinta) pada orang lain karena dia cantik, ganteng, body abohay, berjanggut lebat (wkwkwk…), berkharisma, tajir, atau hal lainnya. Hanya saja sekali lagi, banyak orang yang tidak mau mengakui bahwa rasa sukanya itu karena hal2 yang rasional tadi. Ada yang berkilah "ah saya sih suka dia saat pandangan pertama aja. Tiba2 suka aja.".
Rasulullah saw. pun ternyata punya pertimbangan saat beliau 'memutuskan untuk jatuh cinta' pada Khadijah. Beliau melihat Khadijah sebagai seorang wanita yang berakhlaq mulia. Lagi2 hal yang rasional: karena Khadijah yang berakhlaq mulia.
Pada akhirnya kita akan mendapati sisi lain yang seringkali dirasa tabu untuk dinyatakan: manusia selalu mempunya reason dalam setiap tingkahlaku, bahkan "tingkah-hatinya". Hal yang sulit untuk dirasionalkan akan bisa dirasionalkan saat seseorang benar2 "telanjang" dari pembelaan dirinya dari stigma 'tabu'.
Tabik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar