Tampilkan postingan dengan label dialogue. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label dialogue. Tampilkan semua postingan

1 Nov 2020

Menulis Untuk (si)apa?


Kalian pernah bertanya-tanya gak sih tentang tulisan-tulisan saya di blog ini? Kenapa saya buat tulisan-tulisan di sini? Untuk senjata pemikat kah? Dalam rangka apa saya nulis di blog ini? Dalam rangka memperingati hari kerupuk-kulit internasional kah? Hari encok sedunia kah? Hal yang paling mendasar adalah: kenapa dibuat blog ini? Kenapa dinamai "monologofmonochrome", bukan misalkan pakai nama saya sendiri sepertihalnya yang dibuat oranglain, atau apalah yang bisa diingat.

Saya ingat dahulu ketika pertama kali membuat blog ini saya justru bingung dengan konten apa yang hendak saya tulis. akhirnya saya isi dengan sapaan umum. entah untuk siapa. hehe. Saya memang tidak menyengaja untuk menyapa siapapun secara khusus.

Kita sebagai manusia tentu punya banyak hal di kepala. Karena secara fitri, kita akan merespon fakta yang kita indera. Berupa apapun, baik itu visual, audio atau bentuk lain yang bisa kita indera. Hal ini meniscayakan adanya pemikiran. Pemikiran itu pada akhirnya bisa bermuara pada dua kemungkinan: terutarakan atau tidak.

Manteman coba ingat-ingat kembali. Dari sekian banyak respon terhadap fakta yang kita indera, berapa banyak yang benar-benar kita respon? Kemudian, dari sekian banyak respon, berapa banyak respon yang sudah mewakili maksud kita sebenarnya? Selanjutnya, dari sekian banyak respon yang sudah mewakili maksud kita sebenarnya, berapa banyak "kebijaksanaan" terungkap yang kita bisa ingat di kemudian hari? Lebih sedikit kan?

Nah, untuk itulah blog ini dibuat. Tujuan utama sebenarnya bukan untuk menasihati orang di luar sana, tapi justru saya sendiri di kemudian hari jika saya lupa. Itulah kenapa nama blog ini adalah monolog, karena sejatinya saya sedang melakukan monolog secara tertulis. 

Meskipun begitu, saya bersyukur jika ada yang mengambil manfaat dari monolog ini. Mohon doanya agar saya senantiasa ada dalam kebaikan, baik anda mengenal saya ataupun tidak.

Sekali lagi, blog ini saya tulis sebenarnya untuk saya baca kembali di kemudian hari. Ya, untuk saya sendiri, yang menulis ini. Bukan anda. Kecuali anda adalah saya sendiri.  😃

ditulis pada 1/6/2014 12:30 AM
read more

9 Jun 2013

The Brocure


Menjadi kebiasaan di hari Jumat, seorang Imam masjid dan anaknya yang berumur 11 tahun membagi brosur di jalan-jalan dan keramaian, sebuah brosur dakwah yg berjudul “Thariiqun ilal jannah” (jalan menuju jannah). Tapi kali ini, suasana sangat dingin ditambah rintik air hujan yang membuat orang benar-benar malas untuk keluar rumah.

Si anak telah siap memakai pakaian tebal dan jas hujan untuk mencegah dinginnya udara, lalu ia berkata kepada sang ayah, “Saya sudah siap, Ayah!” “Siap untuk apa, Nak?” “Ayah, bukankah ini waktunya kita menyebarkan brosur ‘jalan menuju jannah’?” “Udara di luar sangat dingin, apalagi gerimis.” “Tapi Ayah, meski udara sangat dingin, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka!” “Saya tidak tahan dengan suasana dingin di luar.” “Ayah, jika diijinkan, saya ingin menyebarkan brosur ini sendirian.” Sang ayah diam sejenak lalu berkata, “Baiklah, pergilah dengan membawa beberapa brosur yang ada.”

Anak itupun keluar ke jalanan kota untuk membagi brosur kepada orang yang dijumpainya, juga dari pintu ke pintu. Dua jam berjalan, dan brosur hanya tersisa sedikit saja. Jalanan sepi dan ia tak menjumpai lagi orang yang lalu lalang di jalanan. Ia pun mendatangi sebuah rumah untuk membagikan brosur itu. Ia pencet tombol bel rumah, namun tak ada jawaban. Ia pencet lagi, dan tak ada yang keluar. Hampir saja ia pergi, namun seakan ada suatu rasa yang menghalanginya. Untuk kesekian kali ia kembali memencet bel, dan ia ketuk pintu dengan lebih keras. Ia tunggu beberapa lama, hingga pintu terbuka pelan. Ada wanita tua keluar dengan raut wajah yang menyiratkan kesedihan yang dalam Wanita itu berkata, “Apa yang bisa dibantu wahai anakku?”

Dengan wajah ceria, senyum yang bersahabat si anak berkata, “Nek, mohon maaf jika saya mengganggu Anda, saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda, dan saya membawa brosur dakwah untuk Anda yang menjelaskan bagaimana Anda mengenal Allah, apa yang seharusnya dilakukan manusia dan bagaimana cara memperoleh ridha-Nya.” Anak itu menyerahkan brosurnya, dan sebelum ia pergi wanita itu sempat berkata, “Terimakasih, Nak.”

Sepekan Kemudian Usai shalat Jumat, seperti biasa Imam masjid berdiri dan menyampaikan sedikit taushiyah, lalu berkata, “Adakah di antara hadirin yang ingin bertanya, atau ingin mengutarakan sesuatu?”

Di barisan belakang, terdengar seorang wanita tua berkata, “Tak ada di antara hadirin ini yang mengenaliku, dan baru kali ini saya datang ke tempat ini. Sebelum Jumat yang lalu saya belum menjadi seorang muslimah, dan tidak berfikir untuk menjadi seperti ini sebelumnya. Sekitar sebulan lalu suamiku meninggal, padahal ia satu- satunya orang yang kumiliki di dunia ini. Hari Jumat yang lalu, saat udara sangat dingin dan diiringi gerimis, saya kalap, karena tak tersisa lagi harapanku untuk hidup. Maka saya mengambil tali dan kursi, lalu saya membawanya ke kamar atas di rumahku. Saya ikat satu ujung tali di kayu atap. Saya berdiri di kursi, lalu saya kalungkan ujung tali yang satunya ke leher, saya memutuskan untuk bunuh diri. Tapi, tiba-tiba terdengar olehku suara bel rumah di lantai bawah. Saya menunggu sesaat dan tidak menjawab, “paling sebentar lagi pergi”, batinku. Tapi ternyata bel berdering lagi, dan kuperhatikan ketukan pintu semakin keras terdengar. Lalu saya lepas tali yang melingkar di leher, dan saya turun untuk sekedar melihat siapa yang mengetuk pintu. Saat kubuka pintu, kulihat seorang bocah berwajah ceria, dengan senyuman laksana malaikat dan aku belum pernah melihat anak seperti itu. Ia mengucapkan kata-kata yang sangat menyentuh sanubariku, “Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.”

Kemudian anak itu menyodorkan brosur kepadaku yang berjudul, “Jalan Menuju Jannah.” Akupun segera menutup pintu, aku mulai membaca isi brosur. Setelah membacanya, aku naik ke lantai atas, melepaskan ikatan tali di atap dan menyingkirkan kursi. Saya telah mantap untuk tidak memerlukan itu lagi selamanya. Anda tahu, sekarang ini saya benar-benar merasa sangat bahagia, karena bisa mengenal Allah yang Esa, tiada ilah yang haq selain Dia. Dan karena alamat markaz dakwah tertera di brosur itu, maka saya datang ke sini sendirian utk mengucapkan pujian kepada Allah, kemudian berterimakasih kepada kalian, khususnya ‘malaikat’ kecil yang telah mendatangiku pada saat yang sangat tepat. Mudah-mudahan itu menjadi sebab selamat saya dari kesengsaraan menuju kebahagiaan jannah yang abadi. Mengalirlah air mati para jamaah yang hadir di masjid, gemuruh takbir. Allahu Akbar. Menggema di ruangan. Sementara sang Imam turun dari mimbarnya, menuju shaf paling depan, tempat dimana puteranya yang tak lain adalah ‘malaikat’ kecil itu duduk. Sang ayah mendekap dan mencium anaknya diiringi tangisan haru. Allahu Akbar!”

Lihatlah bagaimana antusias anak kecil itu tatkala berdakwah, hingga dia mengatakan “Tapi Ayah, meski udara sangat dingin, tetap saja ada orang yang berjalan menuju neraka!” Ia tidak bisa membiarkan manusia berjalan menuju neraka. Ia ingin kiranya bisa mencegah mereka, lalu membimbingnya menuju jalan ke jannah. Lihat pula bagaimana ia berdakwah, menunjukkan wajah ceria dan memberikan kabar gembira, “Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Allah mencintai Anda dan akan menjaga Anda.” Siapa yang tidak trenyuh hati mendengarkan kata-katanya? Berdakwah dengan apa apa yang ia mampu, juga patut dijadikan teladan. Bisa jadi, tanpa kita sadari, cara dakwah sederhana yang kita lakukan ternyata berdampak luar biasa. Menjadi sebab datangnya hidayah bagi seseorang. Padahal, satu orang yang mendapat hidayah dengan sebab dakwah kita, lebih baik baik bagi kita daripada mendapat hadiah onta merah. Wallahu a’lam bishawab.


read more

20 Apr 2012

أين؟

Kang, dulu saya pikir saya gak bakalan jadi gini. Jadi orang yang terbuka pikirannya di tengah manusia-manusia jumud. Jadi manusia yang berani menyerang saat oranglain hanya sibuk bertahan. Jadi manusia yang teriak menggeram saat oranglain cuma diam. Ya! Menjadi bagian dari barisan pejuang penghancur peradaban keparat yang sedang sekarat, dan menggulirkan peradaban adidaya yang akan kembali jaya, Khilafah Islam.

Tapi kang, saya bingung. Kenapa harus saya? Bukan, kang! Bukan berarti saya gak bersyukur saya jadi bagian dari manusia-manusia yang (insya Allah) tercerahkan. Tapi di mana mereka orang-orang "yang harusnya" ada lebih dulu sebelum saya gabung? Masih belum ngerti, kang? Oke saya perjelas, kang!

DI MANA ORANG-ORANG YANG DILABELI KAUM INTELEK?! KENAPA ORANG BODOH SEPERTI SAYA YANG HARUS BERJIBAKU DAHULU DENGAN BUKU-BUKU YANG BERISI ISTILAH-ISTILAH ANEH ITU?!

DI MANA ORANG-ORANG YANG DILABELI SEBAGAI PENGUSAHA MUSLIM ITU?! KENAPA ORANG FAKIR SEPERTI SAYA YANG HARUS MENGURANGI JATAH MAKAN BERHARI-HARI UNTUK BISA MENYELENGGARAKAN EVENT YANG BERTUJUAN MENYADARKAN UMMAT?!

DI MANA PARA ULAMA' YANG HARUSNYA ADA DI BARISAN DEPAN JAUH SEBELUM KAMI BERADA?! KENAPA KAMI YANG BACA HURUF HIJAIYAH SAJA SULIT YANG HARUS BERADA DI BARISAN TERDEPAN?!

Jawab, kang! DEMI ALLAH SAYA SAKIT HATI!!! 

KENAPA SAYA YANG BELUM LAYAK INI YANG JUSTRU NGOTOT?! KENAPA MEREKA "YANG SEHARUSNYA" MALAH ONGKANG-ONGKANG KAKI?!

"Karena kamu lah yang kelak menggantikan posisi mereka. Kamu yang akan jadi seorang intelektual, kamulah yang akan jadi aghniya layaknya Abdurrahman bin Auf, KAMULAH YANG AKAN JADI ULAMA'!"

Kalau begitu, cukuplah kesakithatian ini berhenti sampai hari ini, kang. Karena saya akan mencukupkan diri sebagai orang bodoh sampai hari ini. Karena saya akan mencukupkan diri melabeli diri saya sebagaiorang faqir dalam harta sampai hari ini. Karena saya akan mencukupkan diri menjadi seorang yang jahil dalam agama sampai hari ini!
read more

7 Agu 2011

Anda harus tahu sebelum memutuskan akan menikah. *for adult only! :p

Pernikahan adalah suatu "kelumrahan" dalam episode kehidupan manusia. Semua manusia yang berakal sehat tentu saja akan memiliki keinginan untuk mengarungi bahtera pernikahan, meskipun bukan rahasia lagi bahwa pernikahan adalah gerbang menuju kehidupan multidemensional dan lebih kompleks dibandingkan jenjang kehidupan sebelumnya. Hal ini karena dalam pernikahan menuntut menghadirkan kematangan berbagai aspek dua manusia yang akan dipersatukan dalam ikatannya. Bukan berarti dalam saat kehidupan melajang seorang insan tidak dituntut untuk menghadirkan kematangannya, namun sesungguhnya kehidupan pernikahan memang menuntut kuantitas dan kualitas kematangan yang lebih.

Saat seorang pria sudah bersanding di pelaminan dengan wanita pujaannya, maka sejak saat itu dan seterusnya dia telah berganti status menjadi seorang pria yang utuh dengan titelnya sebagai seorang suami dan calon ayah. Begitu pula sebaliknya, wanita menapaki fase-fasenya sebagai seorang wanita, dan kemudian dinisbatkan gelar istri padanya pada saat seorang laki-laki sudah terikat dengannya.

Setiap fase yang ditapaki manusia--baik pria maupun wanita--akan senantiasa menuntut kemampuan minimal yang dimilikinya agar dia 'layak' untuk dinyatakan sebagai manusia yang berada di tahapan tersebut. Orang-orang yang bergelut di bidang Teknologi Informasi menyebutnya sebagai "minimal system requirement". 

Jika ada manusia yang dengan tolok ukur "jam hidup" seharusnya sudah mampu untuk melakukan satu hal, namun dia masih belum bisa melakukannya, maka kemungkinan dia akan 'tersingkir' dari kehidupan sosialnya (jika dia tidak berusaha "menutupi" kekurangannya itu dengan menonjolkan kebolehannya di hal lain), atau masih memiliki kehidupan sosial, namun dengan pandangan masyarakat bahwa dirinya "berbeda" (jika dia benar-benar tidak mampu melakukan "apapun").

"Manusia (selain Nabi dan Rasul) memang tidak ada yang benar-benar memenuhi kriteria untuk dikatakan SEMPURNA meskipun penciptaanya paripurna." 
 Itulah kata-kata yang sering kita dengar. Anda merasa seperti itu? Ya! Tentu saja. Manusia akan senantiasa merasa seperti itu, olehkarenanya manusia akan senantiasa meningkatkan kematangannya dalam berbagai perannya, termasuk dalam perannya dalam rumahtangga.

Hal yang ingin saya bagi di sini adalah bahwa manusia biasa--meskipun TIDAK pernah mampu meraih kehormatan bergelarkan "sempurna"--perlu tahu dan berusaha memenuhi sebab-akibat untuk menjangkau "Minimum System Requirement" setiap fase kehidupannya, termasuk fase kehidupan yang didaulat sebagai separuh dari agama dan menjadi Sunnah pembawa risalah-Nya. Hal ini dibutuhkan agar saat menapaki fase itu, kita mampu memiliki kehidupan yang "normal" serta memiliki ketahanan yang mumpuni.

===============================================================

Sepenggal dialog 'unik', karena seorang yang sudah menikah bertanya tentang pernikahan pada orang yang belum menikah.. :)
  • Assalamualaikum, masbro (*sebenarnya, beliau manggil nama. Selanjutnya nama itu akan terus diganti menjadi "masbro"  :-).. Ini XXX (**disamarkan untuk privasi ibu ini).. Approve, ya.. mau tuker fikiran.. Butuh pencerahan..
  • Wa'alaykumsalam.. Sip..udah diconfirm,bu..
  • masbro,, minta ilmunya.. XXX lagi bener-bener pengen tau hak-hak seorang istri dan kewajiban istri. Plus sebaliknya.. Terus kalo suami berbuat dijalan yg salah kewajiban istri kan buat mengingatkan..? Tapi kalo misalkan suami ga sadar sadar kalo ternyata jalannya salah dan meminta istri nya untuk tidak mencampuri urusan nya gimana?? Dosa ga istri nya kalo gitu?? Nuhun ya masbro.. 
  •  bu XXX punten baru dijawab, soalnya baru ada kesepatan ke warnet..maklum belom ada modem sendiri..(curcol dikit.hehe)

    Beberapa kewajiban istri yang harus dipenuhi:
    1. Mentaati suami dalam perkara yang baik
    2. Tidak boleh memasukkan seseorang ke dalam rumahnya ketika suaminya tidak ada
    3. Tidak keluar rumah kecuali dengan izin suaminya
    4. Menjaga harta suami
    5. Melayani dan membantu suami
    6. Mensyukuri kebaikan suami

    Kewajiban Seorang Suami
    1. Membantu istri agar selalu taat kepada Allah swt

    2. Memperlakukan istri dengan baik.
    3. Menafkahi istri dan anak .
    4. mengingatkan istri yang tidak taat suami.

    lengkapnya bisa didownload: #linknya sudah dipindah ke bagian bawah artikel untuk keindahan penempatan. :)



    kalo suami salah, ya istri wajib mengingatkan... hal ini menjadi hukum asal kewajiban seorang muslim: memerintahkan yang ma'ruf (kebaikan), dan mencegah hal munkar (keburukan).
    kalo suami ga sadar, mungkin perlu dievaluasi mulai dari cara kita menyampaikan, apakah sudah tepat dan secara halus.. karena meskipun yang kita beritahukan adalah kebaikan dan kebenaran, tapi kalo cara yang dpake "gak cocok" sama orang yang kasihtau, biasanya malah nolak..
    hal lain yang perlu diperhatikan adalah tentang diri kita sendiri.. menurut pengalaman ini mah: kalo kita sendiri masih sering melakukan kesalahan, biasanya agak susah masuk kalo kita ngingetin ke orang lain.. seolah2 Allah lebih menutup hati orang yang kita ingetin.. nah karena itu, selain mengingatkan orang lain, kita juga tentu harus sambil memperbaiki diri juga..

    selain itu istri yang mengingatkan juga harus sabar, bu... karena manusia butuh proses..
    bicarakan baik2, dengan hati dingin, diiringi doa, dan dengan mengandalkan kedewasan suami-istri, saya yakin semua masalah bisa diatasi..:)
    wallahu'alam..
==========================================================================
SEMOGA MENGINSPIRASI!
WALLAHU'ALAM....

download terjemah kitab/buku Al-lnsyirah fi Adabin Nikah Zaadul Ma'ad fi Hadyi Khairil 'lbaad Juz 4 di 4shared.com di 4shared.com | di Mediafire.com (Tuntunan Lengkap Pernikahan-Ibnul Oayyim Al-Jauziyyah [warning!!! seriously for adult only!!!] )
read more

10 Jul 2011

chat-chat-chat-chat

A:
asslmlkm..
hai, om.. :)

B:
www.hai... eh salah tik..

A:
lha?

B:
«crying»

A:
nopo tho, pak..?

B:
pokokna mah mendung di atas tanah harapan

A:
whuidih..
ngerii..
yo wis..

B:
lebih ngeri dan menyayat hari..«crying»

A:
ckckckckck..
nopo tho?

B:
gundukan pasir impian tersapu oleh gelombang kecil..

A:
takperlu takut.. karena sahara masih luas membentang, saudaraku.. :)

B:
cape klo mesti ngebangun gundukan lagi..«crying»«crying»

A:
karena hidup memang kita dedikasikan untuk membangun dan meraih sesuatu, maka tak perlu gundah kala lelah menyergap.. :)
sungguh lelah akan kita sambut dengan pencapaian yang menenangkan jiwa jika kita mau bersabar mengerti betapa Allah selalu memiliki jalan cerita yang indah..:)

B:
skenario Tuhan memang tak pernah bisa dibaca mata manusia..

A:
yap..
seperti halnya semut di puncak gunung yang mungkin sulit menerima bahwa ada samudera membentang..
apapun masalah yang menimpa antum mudah2an alloh memudahkan untuk menyelesaikannya, pa.. :)
saya off duluan, ya..
udah diusir warnetnya, uy.. :p

B:
dia memang bukan milik saya, tpi milik sang pencipta..bodonya diriku tatkala aku tak minta pada-Nya.

A:
mangtab..:)

B:
ah, kaluman..kirain teh pake modem

A:
heheh
modemnya dibawa mamak aku, om.. :)

B:
beli sepuluh atuh..

A:
sok pangmeserkeun..:p
nanti kita sambung lagi ya, pa..:)
kalo ada waktu jalan2 ke blog awak, ya..
:)
salam'alaykum..:)

B:
ho oh..ayena ge langsung cabut ka blog..web simkuring ge nuju ngantosan diluncurkan
read more