Tampilkan postingan dengan label Gerakan Mahasiswa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gerakan Mahasiswa. Tampilkan semua postingan

1 Mei 2012

Reportase IIC#6 | Sabtu, 28 April 2012 | Gedung Aula Lt. 3 Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung


Bom Waktu penundaan Kenaikan Harga BBM; Skenario Rapat Paripurna

“Penundaan kenaikan harga BBM merupakan skenario rapat paripurna dan sewaktu-waktu bisa meledak, yang pada akhirnya pasti akan menyengsarakan rakyat” Ujar Yuda Suhendar selaku ketua pelaksana saat memberikan sambutan di Islamic Intellectual Challenges Edisi ke-6 pada hari Sabtu, 28 april 2012. 

Acara yang bekarjasama dengan BEM Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung ini diselenggarakan di Gedung Aula Lantai 3 STKS. Acara bulanan gerakan Mahasiswa Pembebasan Wilayah Jawa Barat di bulan April ini mengangkat tema “Bom Waktu penundaan Kenaikan Harga BBM; Skenario Rapat Paripurna” dan mengudang empat orang pembicara. Pertama, Bapak Iman Soleh, S.IP, M.Si (Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD), DR. Sunatra, SH, MS (Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat), Ir. Taufik Abdul Karim (DPD II HTI Kota Bandung) dan Dhani Kusumawardana (Gema Pembebasan Jawa Barat). Namun Bapak Iman Soleh berhalangan hadir karena berada di luar kota, Bapak Sunatra mewakilkan pada rekannya yg lain, yaitu Bapak Nunung Sanusi, sedangkan dari DPD II HTI mewakilkan pada Bapak Agus Handaka, S.IP, MT.

Pembicara pertama adalah Bapak Nunung Sanusi. Beliau menyatakan bahwa partainya merasa kecewa dengan hasil rapat paripurna. Kemudian beliau menambahkan, dengan melihat UU Pasal 7 ayat 6A, kenaikan harga BBM sudah pasti tidak akan bisa terelakan lagi, tinggal menunggu waktu saja. Tetapi meskipin begitu partainya akan tetap konsisten untuk menolak, dengan alasan bahwa ini adalah salah satu bentuk perjuangan untuk melindungi hak-hak rakyat Indonesia terutama hak-hak kaum buruh.

Sedangkan pembicara kedua, Bapak Agus Handaka memaparkan bahwa sesungguhnya ada ataupun tidak ada rapat paripurna, harga BBM nampaknya akan tetap naik. Kemudian beliau memaparkan bagaimana Islam melakukan regulasi BBM. Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda “kaum Muslim berserikat dalam 3 hal, air, padang gembala dan api.” Jadi, pemerintah saat ini dzalim karena tidak memakai aturan Islam dan tidak mempedulihan nasib rakyat.

Dilanjut dengan pemaparan ketiga, yaitu Dhani Kusumawardana. Beliau menjawab pertanyaan pembuka yang ditanyakan moderator dengan jawaban yang membuat semua perserta terheran-heran. “Saya sangat puas dengan hasil rapat paripurna tersebut” Kata sang Aktifis Gema Pembebasan itu dengan penuh keseriusan. Keheranan pun terjawab saat dipaparkan alasannya. Kang Dhani menyatakan bahwa hasil rapat paripurna pada 30 Maret kemarin merupakan salah satu bukti yang bisa menjelaskan secara langsung kepada masyarakat bahwa demokrasi yang katanya dari, oleh dan untuk rakyat itu hanyalah omong kosong dan utopis. Hal ini bisa dilihat dari hasil survey LSI, 86% rakyat Indonesia menolak kenaikan harga BBM, tetapi nyatanya pemerintah tidak mengakomodir keinginan rakyat tersebut.

Hal yang menarik adalah ketika muncul pertanyaan “Kenapa setelah rapat paripurna itu, kok kelihatannya adem ayem, seakan semuanya dibungkan dengan hasil keputusan tersebut, padahal kita lihat bersama sebelumnya sangat panas, bahkan seorang mahasiswa berani berhadapan langsung dengan polisi?” dan hal itu di jawab oleh kang Dhani secara tegas bahwa hal ini dikarenakan tuntutan yang mereka tuntut tidak hingga ke pokok persoalan, yaitu persoalan fundamental yang menyebabkan harga BBM melambung. Artinya, jika hanya bereaksi karena isu kenaikan BBM—tanpa menyentuh akar masalah—maka setelah isu itu meredup dan tertutupi oleh isu yang lain, maka geraknya juga akan tenggelam.

Dan di akhir acara, ketiga pembicara sepakat memandang rapat paripurna tersebut malah akan membuat bingung dan tidak menyelesaikan masalah yang ada terkait dengan kenaikan BBM. Satu-satunya solusi yang bisa menjawab segala persoalan negeri ini hanyalah Islam dengan seperangkat aturannya yang sempurna dan telah paripurna. [] [Tim GP Jabar]
read more

4 Apr 2012

Reportase Dialogika Gerakan Mahasiswa Pembebasan Komsat Pembebasan Utara

 
“Yang salah itu SBY, bukan rakyat. Maka dari itu, SBY harus segera diturunkan dan rezim sekarang sudah tidak layak dipertahankan.” Begitulah kira-kira respon dari Presiden Mahasiswa (Ketua BEM Politeknik Negeri Bandung) ketika merespon pernyataan salah seorang wanita, peserta Dialogika (28/3) yang berpendapat bahwa kenaikan harga BBM saat ini memang harus pemerintah lakukan, karena ini semua untuk kebaikan rakyat dan rakyat tidak berhak menyalahkan pemerintah dengan kenaikan harga BBM ini.

Acara yang diadakan oleh Gema Pembebasan (Gerakan mahasiswa Pembebasan) komisariat Pembebasan POLBAN ini memang menarik dan banyak mengundang perhatian masyarakat kampus Politeknik Negeri Bandung. Hal ini disebabkan salah satunya karena acara ini diadakan ditengah-tengah kantin PUJASERA yang notabene tempat tersebut merupakan salah satu pusat berkumpulnya mahasisiwa di kampus ini.

Acara yang mengambil judul “KENAIKAN HARGA BBM: ASING UNTUNG, RAKYAT BUNTUNG” ini menghadirkan pembicara dari BEM KEMA POLBAN dan disandingkan dengan pembicara dari Gema Pembebasan.

Bima Gusti Tresna selaku Ketua BEM Politeknik Negeri Bandung menjelaskan bahwa rencana kenaikan harga BBM merupakan kebijakan yang mengkhianati rakyat, sekaligus mengkhianati konstitusi. Beliau pun menegaskan bahwa inilah bukti bahwa negeri ini tidak pernah terbebas dari penjajahan asing. “Alasan-alasan pemerintah saat ini untuk menaikkan harga BBM jelas merupakan pengkhianatan kepada rakyat sekaligus pengkhianatan kepada konstitusi, karena kebijakan itu sama sekali bukan untuk kepentingan rakyat, bahkan hanya akan menguntungkan asing.” tegasnya.

Faisal Anugrah selaku pembicara dari Gema Pembebasan mengatakan hal yang kurang lebih serupa dengan apa yang disampaikan oeh Bima, tetapi ia kemudian mengomentari mengenai orang-orang yang masih menganggap bahwa pemerintah saat ini masih baik dan pro terhadap rakyat. Ia menegaskan “Kenaikan harga BBM ini bukan masalah agar hidup ini hemat ataupun agar kita menjadi sabar dengan apa yang terjadi, Tetapi kenaikan harga BBM merupakan kebijakan yang jelas-jelas menguntungkan asing. Kalo ada maling yang datang ke rumah kita, bukan lantas kita bersabar dengan hal itu, atau berprasangka baik dengan maling tersebut, tetapi kita harus meneriakkan bahwa maling itu telah mencuri dan berbuat kejahatan.”

Di akhir acara, meskipun masih banyak peserta yang ingin bertanya, Bima menyatakan bahwa apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk kemajuan negeri ini, maka lakukanlah. Mulailah dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.

Sedangkan Faisal dari Gema Pembebasan menyatakan bahwa inilah dampak diterapkannya sistem Kapitalisme, maka kita harus menyadari bahwa apa yang kita lakukan saat ini bukanlah hanya menuntut agar SBY turun, tetapi menuntut agar sistem rusak yang sedang diterapkan saat ini oleh SBY harus diganti dengan sistem yang benar, yaitu Sistem Islam dalam bingkai Daulah Khilafah. Karena itu, salah satu tugas mahasiswa adalah terus melakukan edukasi atau penyadaran kepada masyarakat bahwa inilah hasil dari diterapkannya sistem kapitalisme-demokrasi, dan seharusnya mahasiswa senantiasa memberikan pemahaman-peahaman yang benar kepada masyarakat bahwa hanya Islamlah satu-satunya solusi. [Tim GP Bandung]
read more

24 Mar 2012

Islamic Intellectual Challenges Gema Pembebasan Jabar edisi 5 | Sabtu, 24 Maret 2012 | Aula lt.3 STKS (Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial) Bandung

Quo Vadis Gerakan Mahasiswa;  Protes kenaikan harga BBM, ke mana arah perubahan yang dituntut?, inilah tagline yang diangkat oleh Gerakan Mahasiswa Pembebasan Jawa Barat dalam acara Islamic Intellectual Challenges edisi ke-5 kali ini. Acara Gema Pembebasan Jawa Barat di bulan Maret ini menghadirkan 3 orang pembicara yaitu Bapak Haris Rusli dari Petisi 28 yang juga mantan aktivis 1998, kemudian Agung Wisnu Wardana dari DPP Hizbut Tahrir Indonesia, dan yang terakhir dihadirkan Bang Rezaldi Harisman dari Gema Pembebasan Kota Bandung.

Tentang rencana Pemerintah yang akan menaikkan harga BBM pada awal April mendatang, Ustd. Agung Wisnu menyampaikan bahwa logika yang dipakai Pemerintah tentang subsidi itu aneh. Beliau menegaskan bahwa Pemerintah telah membohongi dan berbuat zhalim kepada rakyatnya. Kebohongan itu terlihat dari hitungan yang beliau paparkan. Beliau membeberkan dengan data yang beliau dapatkan dari Chevron bahwa ternyata biaya lifting minyak bumi hanya 20$ per barrel, sehingga untuk sampai ke konsumen, harganya hanya sekitar Rp. 1300 – Rp. 1500. Oleh karena itu, sebenarnya logika subsidi dan pernyataan Pemerintah tentang subsidi BBM yang membebani APBN adalah bohong, zhalim dan bentuk pengkhianatan Pemerintah.

Sementara itu, terkait dengan rencana pemerintah ini Bapak Haris Rusli menyampaikan bahwa ada banyak alasan yang untuk menolak rencana pemerintah ini. Pertama adalah karena alasan moral. Beliau menyinggung pemerintah & parlemen yang meminta rakyatnya untuk mengencangkan ikat pinggang, tapi mereka tidak pernah memberikan contoh bagaimana hidup sederhana. Kedua, karena alasan ekonomi. Beliau menyatakan bahwa rezim sekarang memandang subsidi hanya membuang-buang uang, padahal masyarakat memang harus disejahterakan.

Pemaparan ketiga diakukan oleh Bang Reza. Beliau angkat bicara tentang bagaimana sikap mahasiswa saat ini yang cenderung apatis dan apolitis. Memang banyak dilakukan protes-protes akan kenaikan harga BBM ini tapi arah perubahan yang mereka perjuangkan masih yang tidak jelas dan mengambang.

Terkait dengan tuntutan yang diinginkan, ketiga pembicara sepakat bahwa rezim SBY dan Sistem saat ini harus dirubah. Seperti yang digambarkan oleh Bapak Haris Rusli, ibarat Komputer yang sudah nge-hang yang harus restart dan kemudian di-install ulang. Atau ustd. Agung Wisnu mengibaratkannya sebagai pohon yang sudah busuk dari akarnya dan harus diganti dengan pohon yang baru. Namun ada perbedaan terkait dengan solusi dan perubahan apa yang diusung. Bapak Haris Rusli memandang bahwa negeri ini harus dikembalikan kepada Pancasila seperti yang diusung pada masa Soekarno dahulu, sementara Ustd. Agung Wisnu dan bang Reza melihat bahwa bangsa ini harus belajar dari peristiwa reformasi ‘98 silam. Saat itu gerakan-gerakan mahasiswa hanya menginginkan turunnya rezim, tidak jelas siapa pengganitnya dan mau dibawa kemana arah perubahan itu, akibatnya banyak dari mereka hanya menjadi tunggangan para politikus yang oportunis. Oleh karena itu, Bang Reza dan Ust. Agung Wisnu menawarkan untuk menggagas arah perubahan ke syariah dan Khilafah yang sudah pasti benar, bukan sistem ‘trial and error’ yang tidak jelas penerapannya.
salah seorang penanya
 Ada yang menarik saat sesi diskusi. Seorang penanya mengatakan bahwa beliau agak risau saat solusi yang ditawarkan adalah Ideologi Islam dengan menerapkan Syariah islam. Menurut beliau, jika ada yang mampu menjelaskan secara filosofi dengan logis tentang kelengkapan sistem Islam mengatur persoalan politik, ekonomi dan sosial, maka beliau akan mengikuti. Saat moderator menanyakan jika perwakilan dari hizbut tahrir mampu menjelaskan, apakah beliau akan ikut Hizbut Tahrir, beliau menjawab “iya!”


Acara yang diselenggarakan di gedung Aula Lantai 3 Kampus STKS Bandung ini dihadiri sekitar 60 peserta dari berbagai kampus di kota Bandung dan berlangsung cukup panas. Di akhir acara, saat closing statement, Bapak Haris Rusli berpesan kepada seluruh elemen masyarakat termasuk mahasiswa bahwa kita harus bersatu untuk revolusi, turunkan SBY dan kembali ke karakter bangsa kita. Kemudian Ustd. Agung Wisnu menyampaikan bahwa perlu dilakukan ruang-ruang dialog seperti IIC ini untuk menyamakan visi pergerakan dan untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya kembali kepada Syariah dan Khilafah. Terakhir, Bang Reza menyatakan bahwa Gema Pembebasan menolak kenaikan harga BBM dan menolak aksi-aksi anarkis yang dilakukan oleh gerakan-gerakan mahasiswa lain, karena sudah seharusnya mahasiswa bergerak dengan intelektualitasnya sebagai agen perubahan di tengah masyarakat. Kenaikan BBM ini merupakan bentuk pengkhianatan pemerintah kepada rakyatanya dan pelanggaran terhadap syariah Islam, tutup bang Reza.[] [Tim GP Jabar]


Pemberian Penghargaan pada Bang Reza oleh Ketua Pelaksana IIC Edisi V

Pemberian Penghargaan pada Bpk Haris Rusly oleh PW GP Jawa Barat
Pemberian Penghargaan pada Ust Agung Wisnu Wardana oleh PW GP Jawa Barat
Download materi presentasi IIC edisi Ke-5 Ust. Agung Wisnu Wardana (DPP HTI)
read more

13 Mar 2012

Reportase IIC III | 30 Januari 2012 | auditorium Miracle UNIKOM



Senin 30 Januari 2012 Gerakan Mahasiswa Pembebasan (GP) kembali menggelar Islamic Intellectual Challenges (IIC). Di edisi yang ke-3 ini, Gerakan Mahasiswa Pembebasan wilayah Jawa Barat mengambil tema “Pembatasan BBM Bersubsidi, untuk Kepentingan Rakyat atau Asing?” 

Acara yang diselenggarakan di Auditorium Miracle UNIKOM dan dihadiri sekitar 100 orang ini menghadirkan empat orang pembicara. Pembicara pertama adalah bapak Singgih Saptadi, ST, M.T., seorang business technology alignment. Beliau mengatakan bahwa rencana pemerintah ini sudah lama dimunculkan, yaitu sejak tahun 2010 lalu. Namun di awal rencana banyak rakyat yang memprotes dan tidak setuju. Beliau melanjutkan bahwa untuk mencari akar permasalahan pengelolaan SDA di negeri Muslim (termasuk Indonesia) tidak relevan lagi kita hanya melihat potensi SDA Indonesia saja, karena jika dilihat secara global, potensi SDA umat Islam sangat besar sekali. Negeri-negeri kaum muslim memiliki sumber minyak lebih dari 60% di dunia, belum lagi sumber-sumber energi yang lainnya seperti gas, batubara dll. Kemudian dalam konteks Indonesia, tidak adanya dukungan dari pemerintah membuat pertamina tidak agresif, sehingga tidak mampu sekedar melakukan regulasi di dalam negeri, apalagi melebarkan sayapnya ke luar Indonesia. Beliau menilai bahwa pemerintah Indonesia nampaknya sengaja menyusun  regulasi yang membuat perusahaan asing masuk ke Indonesia.
DR. H. Agus Supraman SE, M.M.
Pemaparan kedua disampaikan oleh DR. H. Agus Supraman SE, M.M., dari DPW Partai Nasional Demokrat Jawa Barat. Beliau menyampaikan bahwa pemerintah kita ini malas, karena sudah lama isu ini diwacanakan tapi hingga kini persiapan infrastruktur untuk menunjang pembatasan BBM ini belum juga memadai. Banyaknya SPBU yang belum bisa menyediakan Pertamax—karena memang keterbatasan fasilitas dan sarana penunjangnya—menunjukkan bahwa pemerintah tidak serius dan malas dalam mengatasi masalah ini. Beliau menambahkan meskipun harga BBM dinaikkan dan pemerintah bisa menghemat APBN hingga lebih dari Rp 30 triliun, namun menolak, karena sejatinya minyak itu adalah milik rakyat, jadi harus dikembalikan ke rakyat. Beliau lebih banyak menyamapaikan fakta-fakta dan cerita. Yang menarik di dalam presntasinya, beliau mengutip hadist Rasulullah SAW, tentang keharaman Privatisasi SDA, “kaum muslim itu berserikat dalam 3 hal, air, padang dan api.”
Ust. Lutfi Afandi, S.H.
Pemateri ketiga adalah Ust. Lutfi Afandi, S.H. Beliau adalah humas DPD I HTI Jawa Barat. Beliau menyampaikan bahwa ini adalah permainan asing, lembaga-lembaga asinglah yang mengusulkan untuk liberalisasi migas. Lembaga-lembaga asing ini terus menekan pemerintah Indonesia untuk segera mencabut subsidi BBM karena mereka akan sulit bersaing di pasar Indonesia selama pemerintah Indonesia masih menjual BBM dengan harga di bawah standar harga mereka.  Beliau memberikan contoh bagaimana SPBU-SPBU asing (petronas, shell dll) yang ada di Indonesia sangat sepi pengunjung. Tentu jika hal itu tetap dibiarkan pastilah mereka (SPBU-SPBU asing) akan mengalami kerugian. Oleh karena itulah pemerintah di bawah tekanan asing itu ingin segera mencabut subsidi BBM dengan berbagai macam alasan dan cara. Ini menunjukkan bukti keberpihakan pemerintah kepada para pengusaha asing daripada kepada rakyatnya sendiri.
Abdi Tri Sulistyo
Pemateri terakhir adalah wakil dari Gerakan Mahasiswa Pembebasan kota Bandung, Abdi Tri Sulistyo. Beliau menyinggung tentang mandulnya gerakan mahasiswa saat ini dengan kondisi yang terjadi, termasuk saat mengemukanya rencana pemerintah yang akan membatasi BBM bersubsidi. Selain itu beliau juga menyampaikan sikap GP terkait dengan rencana pembatasan ini. Secara tegas GP menolak upaya pembatasan dan liberalisasi migas ini, karena GP melihat bahwa ini adalah kebohongan dan pembodohan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya. Semua alasan yang dilontarkan oleh pemerintah adalah alasan yang mengada-ada, tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Kasus ini semakin jelas memperlihatkan bobroknya sistem kapitalisme, demokrasi dan neo-liberal. Mahasiswa harusnya sadar dan bergerak, jangan malah mandul dalam pragmatisme. Terakhir, Gema Pembebasan menghimbau bahwa sudah saatnya mahasiswa itu sadar akan peran dan jati dirinya, mahasiswa harus bersatu, bergerak bersama-sama menjadikan Ideologi Islam sebagai mainstream pergerakannya, untuk membebaskan diri dari belenggu kapitalisme.[] [GP Jabar]
Pemberian Cinderamata pada Bapak Singgih Saptadi, ST, M.T. oleh penanggungjawab IIC Jawa Barat

read more

8 Mar 2012

REPORTASE AKSI Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan Jawa Barat


Bandung, 7 Maret 2012 - Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan Jawa Barat melakukan aksi damai dalam menyikapi kebijakan penguasa yang berencana akan menaikkan harga BBM April mendatang.

Aksi Damai yang diikuti sekitar 80 orang mahasiswa ini mengangkat tema “BBM NAIK, CARA REZIM SBY NEOLIB KORUPSI!”.

Aksi dimulai dari Gelap Nyawang ITB pukul 08.00, Longmarch menyusuri Jalan Dago, Dipati Ukur, kampus Unikom, Unpad hingga berakhir di depan Gedung Sate. Para peserta aksi membawa bendera Ar-royah, bendera Gema Pembebasan, dan juga poster-poster yang bertuliskan BBM NAIK-TUMBANGKAN REZIM PENGHIANAT, BBM = HARTA MILIK RAKYAT, IDEOLOGI ISLAM = SOLUSI PROBLEM MIGAS dan sebgainya.

Selama perjalanan peserta aksi juga  meneriakkan yel-yel “Demokrasi pasti mati, demokrasi biang keladi, khilafah janji Allah yang pasti, khilafah pasti tegak kembali”, serta pekikan takbir. Aksi cukup menyita perhatian masyarakat dan para pengguna jalan. Di depan kampus UNPAD, peserta aksi berhenti beberapa saat dan menyampaikan orasi secara bergantian.

Setiba di depan Gedung Sate, para orator dari berbagai kampus mulai melakukan orasi-orasi. Dalam orasinya, Rezaldi Harisman, salah seorang aktivis Gema Pembebasan menyatakan bahwa Rezim SBY telah berkhianat kepda rakyat dengan menaikan harga BBM. Dia juga memaparkan bahwa sistem Kapitalisme-Sekuler-Demokrasi yang dianut negeri ini telah terbukti gagal dalam mengeolah migas, olehkarenaitu harus diganti dengan Sistem Islam. Kemudian orator lain memaparkan bahwa Islam juga mengatur pengelolaan sumber daya alam.

Di saat aksi tengah berlangsung, perwakilan Gema Pembebasan Jawa Barat masuk ke gedung DPRD untuk melakukan audensi dan bertemu dengan anggota DPRD, dan kemudian rekan-rekan Gema Pembebasan disuruh untuk menunggu. Saat ditanyakan alasan harus menunggu, staff DPRD mengatakan bahwa para anggota dewan yang terhormat sedang tidak ada di tempat. Mendengar kabar tersebut, sontak peserta aksi berteriak “kalian bukanlah Dewan Perwakilan Rakyat, tapi Dewan Pengkhianat Rakyat!” para peserta aksi kemudian berteriak “PENGKHIANAT! PENGKHIANAT!” berkali-kali.

Setelah diteriaki “pengkhianat”, tidak lama kemudian staff DPRD akhirnya mengatakan bahwa ada anggota dewan yang siap melakukan audiensi.


Perwakilan Gema Pembebasan yang berjumlah 7 orang diterima oleh Selly A. Gantina, A.Md (Fraksi PDI-P) selaku ketua Komisi B DPRD Jawa Barat dan Drs. Maman Abdurrahman (Fraksi PAN) sebagai wakil ketua komisi. Ipank Fatin selaku juru bicara aksi menyatakan bahwa Gema Pembebasan menolak dua opsi yang diajukan oleh Pemerintah, yakni pembatasan BBM bersubsidi ataupun penaikan harga BBM. Hal ini dinilai sebagai cara pemerintah untuk melepaskan tanggungjawabnya terhadap masyarakat. Utusan lain dari  Gema Jabar mengatakan dengan tegas Pemerintah harus taubat dari menerapkan aturan yang mendzhalimi rakyat dan dengan segera menerapkan Islam!”  

Setelah orasi-orasi dan proses audiensi telah selesai, para peserta aksi bersalaman dengan polisi dan intel yang mengawal aksi mereka. [] [GPJABAR]

read more

25 Feb 2012

Islamic Intellectual Challenges IV | Auditorium Miracle UNIKOM Bandung



Sabtu, 25 Februari 2012 Gerakan Mahasiswa Pembebasan wilayah Jawa barat kembali menggelar acara bulanannya, Islamic Intellectual Challenges (IIC) edisi 4. Edisi bulan Februari ini, dihadirkan 3 orang pembicara, Ust. Eri Taufik Abdul Karim (DPD II HTI Bandung), Bpk. Kol. (Purn.) Herman Ibrahim (Pengamat Politik), Imaduddin al-Faruq (aktivis Gema Pembebasan Kota Bandung). Menyambut geliat mahasiswa yang semakin panas, Gema Pembebasan mengangkat tema “Gerakan Mahasiswa Menggugat Rezim Neoliberal!.”
ust taufiq

Pembicara pertama ust. Eri Taufik Abdul Karim menjelaskan—dengan mengutip dari Wikipedia—bahwa secara umum Neoliberalisme itu merupakan sebuah bentuk penjajahan ekonomi gaya baru, yang sistem ekonominya lebih fokus pada pasar bebas. Semua ditentukan dari permainan di dalam pasar tersebut. Menurut beliau, ini adalah permainan politik yang syarat dengan kepentingan pemilik modal. Kita bisa melihat fakta di lapangan, perusahaan-perusahaan negara diprivatisasi dengan dilegalisasi undang-undang. Kemudian beliau menyimpulkan bahwa sebenarnya neoliberalisme bukan hanya ranah ekonomi saja, tapi politik, hukum dan yang berkaitan dengan itu juga ikut bermain. Ini merupakan sebuah permasalahan sistemik.
Bpk. Kol. (Purn.) Herman Ibrahim

Dilanjutkan dengan pemaparan dari Bpk. Herman Ibrahim, beliau menyampaikan bahwa ada kata kunci yang bisa kita ambil  dari pemaparan pembicara sebelumnya, yakni bahwa permasalah neoliberalisme adalah permasalahan sistemik, jadi siapapun orangnya selama sistemnya masih seperti ini yakni neoliberalisme maka keadaan akan terus seperti ini (bermasalah). Beliau banyak menyampaikan tentang sejarah negeri ini. Bagaimana negeri ini sudah dan masih di jajah sejak dulu. Negeri ini tergadaikan sejak awal “kemerdekaan”. Beliau juga kemudian menyampaikan bahwa sumpah pemuda, yang sering dijadikan salah satu hujjah bahwa bentuk nation-state Indonesia merupakan kesepakatan bangsa Indonesia, sebenarnya hanyalah sebuah ikrar dari beberapa perwakilan pemuda daerah saja, tidak sama sekali merepresentasikan seluruh kelompok-kelompok pemuda di Indonesia, entah dari mana ikrar itu berubah menjadi sebuah sumpah.
Imaduddin al-Faruq
Terakhir, pandangan dari pembicara ketiga, Imaduddin al-Faruq. Abang aktivis Gema yang satu ini dengan berapi-api mengatakan, awal pergerakan mahasiswa bisa kita awali dari Bandung. Beliau mengutarakan bahwa pada kasus 98, peran pergerakan mahasiswa di Bandung sangat membantu dalam penjatuhan rezim diktator Orde baru. Dua kampus besar yang ada di bandung yaitu Unpad dan ITB mempunyai romantisme sejarah perjuangan mahasiswa yang cukup mengagumkan. Namun kini, mahasiswa di dua kampus tersebut sekarang cenderung apatis dan apolitis. Bang Imad menyampaiakan bahwa ada 3 faktor penyebab apatisme mahasiswa tersebut. Pertama, gaya hidup mahasiswa yang hedonis, bermewah-mewahan (merupakan bagian dari jarum suntik liberal dalam membunuh karakter mahasiswa). Kedua, fenoma percintaan di dunia mahasiswa, kisah-kisah asmara yang terus dicekoki oleh media (merupakan pemandulan mahasiswa dengan difokuskan pada virus merah-jambu). Ketiga, birokrat kampus yang menyusahkan. Mahasiswa dibuat hanya sibuk dengan tugas-tugas, kegiatan-kegiatan kampus, hanya focus pada dunia kerja dan sebagainya (menjadi politik yang dimainkan sebagaimana orba, dengan pemadatan perkuliahan). Bang imad, mengatakan bahwa peristiwa 98 adalah akhir dari kekritisan mahasiswa, setelah itu mahasiswa mati dengan segudang aktivitas mandulnya.

Acara yang dihadiri sekitar 100 peserta ini Alhamdulillah berjalan dengan baik dan cukup memanas pada saat tanya jawab. Ada pesan yang cukup menarik yang disampaiakan oleh bpk. Herman Ibrahim, organisasi islam masa lalu seperti HMI, KAMMI, dan sejenisnya sudah tidak bisa diharapkan lagi. Mereka sudah kehilangan identitas sebagai mahasiswa gerakan. Idealisme itu sudah tergadaikan dengan jabatan. Beliau mengingatkan bagaimana tokoh-tokoh politik masa kini ketika dulu masih sebagai aktivis mahasiswa. Selain itu, parpol-parpol yang ada pun dikatakan sudah tidak bisa dipercaya. Entah yang berwarna biru, kuning, merah, hijau, dsb. Bahkan disindir dengan analogi angkot.

Ketiga pembicara sepakat bahwa perlu ada sinergitas antara mahasiswa sebagai pemicu perubahan, masyarakat, partai politik yang akan mengarahkan dan mencerdaskan pemikiran masyarakat, dan juga militer yang akan memberikan kekuatan dan perlindungan untuk benar-benar bisa merubah sistem negeri menjadi lebih baik yaitu dengan sistem Islam.

Gerakan mahasiswa saat ini sudah tidak ada pilihan lain lagi, harus mengusung Ideologi Islam sebagai proposal jawaban atas segala persoalan di negeri ini. Dengan modal Ideologi Islam dan quwwah ruhiyah-lah rezim neoliberal beserta akar sistemnya dapat dicabut dan dibuang dari negeri ini. “Maka bergeraklah wahai mahasiswa!” pekik bang imad.[] [Tim GP Jabar]



Sambutan penanggungjawab IIC Jawa Barat


read more

1 Jan 2012

Reportase Islamic Intellectual Challenges edisi 2 | Auditorium Miracle UNIKOM Bandung | Rabu, 28 Desember 2011

Sekitar 130 peserta memadati ruangan Auditorium Miracle kampus UNIKOM Bandung dalam acara IIC (Islamic Intellectual Challenges) edisi ke-Dua, yang diselenggrakan oleh Gema Pembebasan Jawa Barat bekerjasama dengan LDK UMMI UNIKOM. IIC kali ini mengambil tajuk “Refleksi Akhir Tahun, Progeres Gerakan Mahasiswa Islam di Tahun 2011 dan Peluang di Tahun 2012” dengan sub-pembahasan “Mengusung Ideologi Islam sebagai Mainstream pergerakan atau tetap mandul dalam pragmatisme”. 

Peserta yang hadir berasal dari berbagai kampus di seluruh bandung dan sekitarnya diantaranya ada UPI, Unpad, ITB , Unikom, UIN, STKS, Telkom, Polban, Piksi Ganesha , Universitas Kebangsaan, Universitas Sangga Buana, dll. Bahkan beberapa peserta dari kabupaten Bandung dan dari Garut pun datang menghadiri acara tersebut. Acara yang berlangsung pada Rabu 28 Desember 2011 ini menghadirkan tiga pembicara. Pembicara pertama dihadirkan Bapak Adiyana Slamet, Sip. M.Si selaku perwakilan intelektual, yakni dosen Ilmu Komunikasi UNIKOM. Pembicara kedua yakni Ustadz Muhammad Riyan, M.Ag, dari DPD 1 HTI Jawa Barat sebagai perwakilan tokoh ormas Islam, dan yang ketiga adalah perwakilan tokoh mahasiswa, yaitu Kang Dimas Gustiranda selaku Sekjen Gema Pembebasan Pusat. 

Materi pertama disampaikan oleh Bapak Adiyana Slamet Sip. Msi, beliau memaparkan dengan berapi-api bagaimana mahasiswa saat ini enggan untuk bergerak. Beliau melanjutkan, memang ada banyak sekali gerakan-gerakan mahasiswa, namun kebanyakan dari mereka terjebak dalam pragmatisme, tidak berani untuk memunculkan dan menyerukan sebagai gerakan yang ideologis. Kemudian beliau menambahkan, diharapkan untuk 2012 mendatang, gerakan-gerakan mahasiswa jauh lebih berani lagi untuk bergerak secara ideologis dan tidak terjebak dalam pragmatisme belaka. 

Pemaparan selanjutnya dilakukan oleh Ustadz M. Riyan. Beliau menyampaikan tentang fakta-fakta perubahan dalam masyarakat. Banyak dari kalangan mahasiswa sendiri yang tidak peduli dengan kondisinya. Beliau mengingatkan agar mahasiswa jangan terjebak dengan mitos bahwa mahasiswa-lah satu-satunya agen perubahan. Beliau menegaskan bahwa mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang harus bersama-sama dengan masyarakat untuk mengadakan perubahan, selain karena dinamika kampus yang begitu cepat. 

Kemudian beliau memaparkan bahwa suatu perubahan itu tidak harus membutuhkan 100% masyarakat untuk bergerak, tapi ada simpul-simpul masa yang strategis untuk melakukan perubahan. Yang harus diperhatikan adalah arah perubahan tersebut, apakah tetap dengan sistem kapitalisme yang jelas-jelas gagal, kembali pada sosialis yang telah tumbang pada 1991, atau dengan sistem yang telah teruji berabad-abad yaitu Islam. 

Materi terakhir disampaikan oleh kang Dimas. Beliau mengibaratkan pergerakan sebagai seorang dokter. Sehingga hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan diagnosa terhadap suatu penyakit (permasalahan), kemudian menentukan akar penyebab penyakit tersebut dan akhirnya adalah memberikan obat (solusi) untuk menyembuhkan masalah tersebut. Ketika permasalahan itu sudah jelas, dan akar permasalahan sudah ditemukan, maka tinggal solusi apa yang akan digunakan untuk menyembuhkan masalah tersebut. 

Saat diterapkan hingga tumbang pada 1991, sosialis sudah gagal. Kapitalis saat ini justru menambah parah kerusakan, maka hanya Islam solusiya. Para pembicara sepakat bahwa perubahan tidak bisa dilakukan dengan pragmatisme, tapi harus ada solusi-solusi ideologis yang diperjuangkan. Dengan berbekal solusi ideologis, gerakan Islam tentu harus menanggalkan pragmatismenya, menjadikan Islam sebagai solusi, dengan Syariah dan Khilafah yang menjawab permasalahan-permasalahannya. 

Acara ini dibuat lebih bersemangat lagi dengan pembacaan puisi yang dibawakan oleh kang Irwan Abdullah, diiringi dengan kibaran-kibaran bendera ar-Royah oleh tim puisi. 

Nantikan, Islamic Intellectual Challenges Gerakan Mahasiswa Pembebasan Jawa Barat edisi ke-3 yang akan lebih dahsyat lagi!

Dari kiri ke kanan:
Moderator: Faisal Anugerah; Pembicara 1 Bpk. Adiyana Slamet; S.Ip, M.Si (Dosen Ilmu Komunikasi UNIKOM); Ustadz M. Riyan, M.Ag (DPD HTI I Jawa Barat); Dimas Gustiranda (Sekjen GEMA Pembebasan Pusat).


(para peserta yang berasal dari berbagai kampus asik mendengarkan pemaparan para pemateri)

(Pembacaan puisi oleh kang Irwan Gunawan)

(salahsatu peserta serius menyimak puisi)




(Peserta akhwat dan ikhwan serius saat pemaparan)

(Pengurus Wilayah Gema Pembebasan Jawa Barat diwawancara oleh Lembaga Pers Mahasiswa Kampus UNIKOM) 


(Penyerahan Cinderamata Pada Ustadz M. Riyan Oleh penanggungjawab acara IIC Jawa Barat)

Berikut presentasi materi yang disuguhkan di acara tersebut:
1. Refleksi 2011 -- Quo Vadis Gerakan Mahasiswa oleh Ust. M. Riyan: Download
2. Materi tentang Pergerakan Mahasiswa oleh Dimas Gustiranda: Download
read more