Bom Waktu penundaan Kenaikan Harga BBM; Skenario Rapat Paripurna
“Penundaan kenaikan harga BBM merupakan skenario rapat paripurna dan
sewaktu-waktu bisa meledak, yang pada akhirnya pasti akan menyengsarakan
rakyat” Ujar Yuda Suhendar selaku ketua pelaksana saat memberikan sambutan di
Islamic Intellectual Challenges Edisi ke-6 pada hari Sabtu, 28 april 2012.
Acara yang bekarjasama dengan BEM Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
(STKS) Bandung ini diselenggarakan di Gedung Aula Lantai 3 STKS. Acara bulanan
gerakan Mahasiswa Pembebasan Wilayah Jawa Barat di bulan April ini mengangkat tema
“Bom Waktu penundaan Kenaikan Harga BBM; Skenario Rapat Paripurna” dan mengudang empat orang pembicara.
Pertama, Bapak Iman Soleh, S.IP, M.Si (Dosen Ilmu Pemerintahan FISIP UNPAD),
DR. Sunatra, SH, MS (Wakil Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Barat), Ir. Taufik
Abdul Karim (DPD II HTI Kota Bandung) dan Dhani Kusumawardana (Gema Pembebasan
Jawa Barat). Namun Bapak Iman Soleh berhalangan hadir karena berada di luar
kota, Bapak Sunatra mewakilkan pada rekannya yg lain, yaitu Bapak Nunung Sanusi,
sedangkan dari DPD II HTI mewakilkan pada Bapak Agus Handaka, S.IP, MT.
Pembicara pertama adalah Bapak Nunung Sanusi. Beliau menyatakan bahwa
partainya merasa kecewa dengan hasil rapat paripurna. Kemudian beliau
menambahkan, dengan melihat UU Pasal 7 ayat 6A, kenaikan harga BBM sudah pasti
tidak akan bisa terelakan lagi, tinggal menunggu waktu saja. Tetapi meskipin
begitu partainya akan tetap konsisten untuk menolak, dengan alasan bahwa ini
adalah salah satu bentuk perjuangan untuk melindungi hak-hak rakyat Indonesia
terutama hak-hak kaum buruh.
Sedangkan pembicara kedua, Bapak Agus Handaka memaparkan bahwa sesungguhnya
ada ataupun tidak ada rapat paripurna, harga BBM nampaknya akan tetap naik.
Kemudian beliau memaparkan bagaimana Islam melakukan regulasi BBM. Dalam hadist
Rasulullah SAW bersabda “kaum Muslim berserikat dalam 3 hal, air, padang
gembala dan api.” Jadi, pemerintah saat ini dzalim karena tidak memakai aturan
Islam dan tidak mempedulihan nasib rakyat.
Dilanjut dengan pemaparan ketiga, yaitu Dhani Kusumawardana. Beliau
menjawab pertanyaan pembuka yang ditanyakan moderator dengan jawaban yang
membuat semua perserta terheran-heran. “Saya sangat puas dengan hasil rapat
paripurna tersebut” Kata sang Aktifis Gema Pembebasan itu dengan penuh
keseriusan. Keheranan pun terjawab saat dipaparkan alasannya. Kang Dhani
menyatakan bahwa hasil rapat paripurna pada 30 Maret kemarin merupakan salah
satu bukti yang bisa menjelaskan secara langsung kepada masyarakat bahwa
demokrasi yang katanya dari, oleh dan untuk rakyat itu hanyalah omong kosong
dan utopis. Hal ini bisa dilihat dari hasil survey LSI, 86% rakyat Indonesia
menolak kenaikan harga BBM, tetapi nyatanya pemerintah tidak mengakomodir
keinginan rakyat tersebut.
Hal yang menarik adalah ketika muncul pertanyaan “Kenapa setelah rapat
paripurna itu, kok kelihatannya adem ayem, seakan semuanya dibungkan dengan
hasil keputusan tersebut, padahal kita lihat bersama sebelumnya sangat panas,
bahkan seorang mahasiswa berani berhadapan langsung dengan polisi?” dan hal itu
di jawab oleh kang Dhani secara tegas bahwa hal ini dikarenakan tuntutan yang
mereka tuntut tidak hingga ke pokok persoalan, yaitu persoalan fundamental yang
menyebabkan harga BBM melambung. Artinya, jika hanya bereaksi karena isu kenaikan
BBM—tanpa menyentuh akar masalah—maka setelah isu itu meredup dan tertutupi
oleh isu yang lain, maka geraknya juga akan tenggelam.
Dan di akhir acara, ketiga pembicara sepakat
memandang rapat paripurna tersebut malah akan membuat bingung dan tidak
menyelesaikan masalah yang ada terkait dengan kenaikan BBM. Satu-satunya solusi
yang bisa menjawab segala persoalan negeri ini hanyalah Islam dengan
seperangkat aturannya yang sempurna dan telah paripurna. [] [Tim GP Jabar]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar