Senin 30 Januari
2012 Gerakan Mahasiswa Pembebasan (GP) kembali menggelar Islamic Intellectual
Challenges (IIC). Di edisi yang ke-3 ini, Gerakan Mahasiswa Pembebasan wilayah
Jawa Barat mengambil tema “Pembatasan BBM Bersubsidi, untuk Kepentingan Rakyat atau
Asing?”
Acara yang
diselenggarakan di Auditorium Miracle UNIKOM dan dihadiri sekitar 100 orang ini
menghadirkan empat orang pembicara. Pembicara pertama adalah bapak Singgih Saptadi,
ST, M.T., seorang business technology alignment. Beliau mengatakan bahwa
rencana pemerintah ini sudah lama dimunculkan, yaitu sejak tahun 2010 lalu.
Namun di awal rencana banyak rakyat yang memprotes dan tidak setuju. Beliau
melanjutkan bahwa untuk mencari akar permasalahan pengelolaan SDA di negeri
Muslim (termasuk Indonesia) tidak relevan lagi kita hanya melihat potensi SDA
Indonesia saja, karena jika dilihat secara global, potensi SDA umat Islam
sangat besar sekali. Negeri-negeri kaum muslim memiliki sumber minyak lebih
dari 60% di dunia, belum lagi sumber-sumber energi yang lainnya seperti gas,
batubara dll. Kemudian dalam konteks Indonesia, tidak adanya dukungan dari
pemerintah membuat pertamina tidak agresif, sehingga tidak mampu sekedar
melakukan regulasi di dalam negeri, apalagi melebarkan sayapnya ke luar
Indonesia. Beliau menilai bahwa pemerintah Indonesia nampaknya sengaja
menyusun regulasi yang membuat perusahaan
asing masuk ke Indonesia.
DR. H. Agus Supraman SE, M.M. |
Pemaparan kedua
disampaikan oleh DR. H. Agus Supraman SE, M.M., dari DPW Partai Nasional
Demokrat Jawa Barat. Beliau menyampaikan bahwa pemerintah kita ini malas,
karena sudah lama isu ini diwacanakan tapi hingga kini persiapan infrastruktur
untuk menunjang pembatasan BBM ini belum juga memadai. Banyaknya SPBU yang belum
bisa menyediakan Pertamax—karena memang keterbatasan fasilitas dan sarana
penunjangnya—menunjukkan bahwa pemerintah tidak serius dan malas dalam
mengatasi masalah ini. Beliau menambahkan meskipun harga BBM dinaikkan dan pemerintah
bisa menghemat APBN hingga lebih dari Rp 30 triliun, namun menolak, karena sejatinya
minyak itu adalah milik rakyat, jadi harus dikembalikan ke rakyat. Beliau lebih
banyak menyamapaikan fakta-fakta dan cerita. Yang menarik di dalam
presntasinya, beliau mengutip hadist Rasulullah SAW, tentang keharaman
Privatisasi SDA, “kaum muslim itu berserikat dalam 3 hal, air, padang dan api.”
Ust. Lutfi Afandi, S.H. |
Pemateri ketiga
adalah Ust. Lutfi Afandi, S.H. Beliau adalah humas DPD I HTI Jawa Barat. Beliau
menyampaikan bahwa ini adalah permainan asing, lembaga-lembaga asinglah yang
mengusulkan untuk liberalisasi migas. Lembaga-lembaga asing ini terus menekan
pemerintah Indonesia untuk segera mencabut subsidi BBM karena mereka akan sulit
bersaing di pasar Indonesia selama pemerintah Indonesia masih menjual BBM
dengan harga di bawah standar harga mereka. Beliau memberikan contoh bagaimana SPBU-SPBU
asing (petronas, shell dll) yang ada di Indonesia sangat sepi pengunjung. Tentu
jika hal itu tetap dibiarkan pastilah mereka (SPBU-SPBU asing) akan mengalami
kerugian. Oleh karena itulah pemerintah di bawah tekanan asing itu ingin segera
mencabut subsidi BBM dengan berbagai macam alasan dan cara. Ini menunjukkan
bukti keberpihakan pemerintah kepada para pengusaha asing daripada kepada
rakyatnya sendiri.
Abdi Tri Sulistyo |
Pemateri terakhir
adalah wakil dari Gerakan Mahasiswa Pembebasan kota Bandung, Abdi Tri Sulistyo.
Beliau menyinggung tentang mandulnya gerakan mahasiswa saat ini dengan kondisi
yang terjadi, termasuk saat mengemukanya rencana pemerintah yang akan membatasi
BBM bersubsidi. Selain itu beliau juga menyampaikan sikap GP terkait dengan
rencana pembatasan ini. Secara tegas GP menolak upaya pembatasan dan
liberalisasi migas ini, karena GP melihat bahwa ini adalah kebohongan dan
pembodohan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyatnya. Semua alasan yang
dilontarkan oleh pemerintah adalah alasan yang mengada-ada, tidak sesuai dengan
fakta yang terjadi. Kasus ini semakin jelas memperlihatkan bobroknya sistem
kapitalisme, demokrasi dan neo-liberal. Mahasiswa harusnya sadar dan bergerak,
jangan malah mandul dalam pragmatisme. Terakhir, Gema Pembebasan menghimbau
bahwa sudah saatnya mahasiswa itu sadar akan peran dan jati dirinya, mahasiswa
harus bersatu, bergerak bersama-sama menjadikan Ideologi Islam sebagai
mainstream pergerakannya, untuk membebaskan diri dari belenggu kapitalisme.[] [GP Jabar]
Pemberian Cinderamata pada Bapak Singgih Saptadi, ST, M.T. oleh penanggungjawab IIC Jawa Barat |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar