Perkenalkan
saya Akira. Saya bukan siapa-siapa. Cuma orang yang suka mengamati manusia dan
kadang ditulis. Kadang tema nya menarik (setidaknya menurut saya), kadang gak
penting. hehe
Saya
mau cerita. Baca ya? Ayo, mau dong.. *maksa* :-D
Saya
dilahirkan dengan ibu yang bersikap perfeksionis dan pencemas. Dalam banyak
kesempatan, beliau sangat menunjukkan sikap begitu. Tentu kemudian itu membekas
di dalam benak dan sikap saya yang di kemudian hari saya sadari bahwa saya juga
menjadi cenderung perfeksionis dan pencemas.
Dengan
kondisi cenderung perfeksionis ini, bahkan salah satu motto saya adalah
"daripada buruk, lebih baik tidak usah sama sekali!".
"Buruk" di situ bisa dalam hal hasil, atau juga ketepatan waktu.
Sering saya memilih tidak datang sama sekali karena terlambat. Padahal sudah
sampai di gerbang tempat agenda.
Lucu?
Mungkin... Tapi bagi saya, lumayan menyiksa juga. hehe
Ya,
sejujurnya ini menyiksa. Saya akhirnya menghindar dan “berbohong” pada diri
saya bahwa semuanya baik-baik saja. Padahal gejolak rasa cemas begitu
menggelora di dada.
Banyak kejadian saya
menghindar dan “berbohong” pada diri sendiri. Kalau berkenan “mendengar” dan “duduk
bersama”, boleh lanjut baca.. J
Kejadian pertama, dulu
saat masih SD. Bermain bola adalah favorit saya dan kakak. Kami bermain tak
kenal waktu dan tempat. Termasuk di sekolah tentu saja.
Sayangnya sekolah kami
tidak begitu luas. Bahkan salah satu dinding pembatasnya adalah rumah warga
langsung. Terkadang bola memantul langsung ke dinding mereka. Hingga satu hari
saya menendang bola dan.... memecahkan kaca nya. Kami pun berlarian dan
sembunyi.
Hanya saja, entah
bagaimana akhirnya kami ditemukan (ya iya lah, sembunyi nya cuma di kelas) dan
disuruh minta maaf. Saya pun datang (sambil menangis... heu..)
Kejadian kedua, saat
kuliah. Saya diberi amanah jadi panitia yang belum pernah saya jabat sebelumnya.
Singkat cerita, amanah ini saya diamkan dan tidak kerjakan. Sms dan telpon saya
abaikan, dan bahkan kadang hp saya tidak aktifkan. hehe
Sampai yang memberi
amanah mengirim pesan pendek kurang lebih begini “kalau dalam waktu 4 jam sms
ini tidak direspon, saya cabut amanah ini dari anda.” Kaget bukan kepalang saya
dikirimi sms begitu.
Oh ya, zaman itu chat
apps semacam WA, LINE dll belum musim. Soalnya waktu itu masih musim YM.
Jadul yak? Khukhuy!
Kejadian ketiga, pasca
kuliah. Lagi-lagi ada yang mengamanahkan sesuatu. Kali ini diminta untuk dibuatkan
desain buku yang terkait dengan agenda. Rencananya hendak dibagikan di hari agenda
itu, namun desain yang harusnya selesai sepekan sebelumnya untuk dicetak, hingga
hari H-1 belum juga dikirimkan.
Malu nya bukan main saya
dibuat kelakuan sendiri.
Kadang muncul untuk “bersolusi”
menghilang selamanya. Tapi......... avoidance 2