Ayah saya kadang suka berkata dengan nada bercanda, namun kadang di balik kalimat candaannya menyimpan makna filosofis. Salah dua kalimat yang saya ingat adalah "hujan ge aya raat na" (hujan juga ada reda nya) dan "nanaon oge aya elmu na" (semua juga ada ilmu nya).
Kalimat pertama biasanya beliau katakan ketika kami, anggota keluarganya, sedang menunggu antrian yang lama. Saat macet di jalan, dan salah satu diantara kami terlihat sudah tidak sabar, misalnya, beliau biasanya langsung berkata demikian. Biasanya kami kemudian tertawa kecil. Bukan karena kalimat tersebut lucu, tapi karena saking seringya beliau berkata demikian. Ya, agar kami bersabar, karena ada tidak sabar justru akan membuat suasana semakin menyebalkan.
Sedangkan kalimat kedua biasa beliau katakan saat kami anggota keluarganya (terutama anak-anaknya) melihat satu pekerjaan yang menurut kami sulit dikerjakan, namun dikerjakan begitu mudah oleh orang lain. Sama dengan kalimat pertama, sesaat setelah beliau berkata kalimat tersebut, kami akan tertawa kecil. Lagi-lagi, bukan karena lucu, tapi karena seringnya beliau berkata demikian. Klise.
Dari kedua kalimat klise ayah kami tersebut, bagi saya yang menarik adalah kalimat kedua. Beliau mengingatkan kami bahwa segala hal di dunia ini memerlukan ilmu. Bahkan hal-hal remeh temeh semacam mencuci setumpukan gelas dan piring kotor agar bersih sempurna, mengepel lantai agar tak ada kotor lagi, atau menyetrika baju agar tak ada kusut tersisa. Semuanya ada ilmunya. Akan sulit atau tidak terselesaikan secara 'sempurna' jika tidak dibarengi dengan ilmunya.
Termasuk di dalamnya adalah ketika misalkan anda memutuskan hendak menikah. Jangan terburu-buru menikah sebelum memenuhi isi kepala dengan ilmu tentang membangun rumah tangga. Saya tidak mengatakan bahwa menikah di usia muda itu tidak baik. Bukan! Karena usia bukan jadi patokan banyaknya isi kepala, bukan?
Termasuk di dalamnya adalah ketika misalkan anda memutuskan hendak menikah. Jangan terburu-buru menikah sebelum memenuhi isi kepala dengan ilmu tentang membangun rumah tangga. Saya tidak mengatakan bahwa menikah di usia muda itu tidak baik. Bukan! Karena usia bukan jadi patokan banyaknya isi kepala, bukan?
Hal yang ayah saya pesankan ini sebenarnya sejalan dengan perkataan seorang ulama Hadits terkemuka, al-Bukhari: “Al ‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali (Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat)”
Dengan ilmu, segala yang kita lakukan akan terarah, tidak serampangan. Lebih dari itu, kita tahu apa yang kita lakukan itu benar.
Sebagai seorang manusia, terlebih sebagai seorang Muslim, harus membekali diri dengan ilmu. Ilmu apapun. Terlebih terkait dengan hal-hal yang hendak dilakukan. Karena setiap perbuatan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya, maka tak boleh lengah seorang muslim dalam membekali diri dengan ilmu.
Sekiranya seseroang hendak bertransaksi jual beli, maka ia harus mengetahui tentang boleh atau tidaknya model transaksi semacam itu. Seandainya seseorang hendak memutuskan mengambil atau meninggalkan sesuatu, maka hendaknya dia mengetahui dia diperintahkan untuk mengambil atau meninggalkan sesuatu tersebut. Demikianlah seterusnya. Karena di hari pembalasan kelak, tak ada hal yang tak ditanyakan oleh Sang Raja Semesta.
Ah.. Thank you, daddy!
Dengan ilmu, segala yang kita lakukan akan terarah, tidak serampangan. Lebih dari itu, kita tahu apa yang kita lakukan itu benar.
Sebagai seorang manusia, terlebih sebagai seorang Muslim, harus membekali diri dengan ilmu. Ilmu apapun. Terlebih terkait dengan hal-hal yang hendak dilakukan. Karena setiap perbuatan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya, maka tak boleh lengah seorang muslim dalam membekali diri dengan ilmu.
Sekiranya seseroang hendak bertransaksi jual beli, maka ia harus mengetahui tentang boleh atau tidaknya model transaksi semacam itu. Seandainya seseorang hendak memutuskan mengambil atau meninggalkan sesuatu, maka hendaknya dia mengetahui dia diperintahkan untuk mengambil atau meninggalkan sesuatu tersebut. Demikianlah seterusnya. Karena di hari pembalasan kelak, tak ada hal yang tak ditanyakan oleh Sang Raja Semesta.
Ah.. Thank you, daddy!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar