Bagi sebagian orang menikah hanyalah soal tentang memilih dan mencari orang yang disukai, menyukai dirinya, dan elok parasnya. Sebagian besar dari mereka lupa bahwa suka bisa berubah menjadi tidak suka. Sebagian mereka juga lupa eloknya paras bisa terkelupas. Karena waktu bisa membalikkan keadaan yang tadinya siang menjadi malam, benderang menjadi temaram.
Sebagian lainnya yang menganggap menikah hanyalah soal menggugurkan status lajang menjadi berpasang. Tak mau 'terhina' olok-olok orang karena menganggap paras tak elok sehingga tak kunjung berdua. Sebagian besar mereka lupa bahwa belum berdua bukan hal yang hina. Mereka juga lupa bahwa berdua tidak selalu menghantarkan pada hal yang mulia. Mereka lupa ada ulama besar yang membujang hingga ajal menjelang.
Ada juga sebagian menganggap bahwa menikah hanyalah soal pemuas birahi. Mencukupkan diri dengan menunjuk tanpa peduli asalkan mampu memuaskan dahaga diri. Sebagian besar mereka lupa bahwa dahaga ada batasnya. Mencukupkan pilihan dengan yang bisa memuaskan dahaga birahi akan mengantarkan pada keinginan 'tak terbatas' hingga pada akhirnya kita akan sadar bahwa ini bukanlah yang kita ingini; bosan.
Ah, ijinkan lah saya tuangkan gelisah saya tentang menikah yang (mungkin) banyak diantara kalian menaruh syak atasnya.
Menikah adalah mengajak berkumpul senantiasa dalam kebaikan. Menjaga pasangan agar terus taat pada pemilik nyawa. Memberikan makanan dan pakaian di jalan taqwa.
Menikah adalah tentang investasi masa depan. Memilih orang untuk bertarung dengan kehidupan di hadapan, jadi pilihlah mereka yang kau lihat akan membuatmu lebih tangguh, bukan yang sering mengeluh.
Menikah adalah tentang investasi masa depan. Mencari orang yang mampu memahami bahwa kita semua akan mati, sehingga harus dicetak generasi hebat yang mampu bertarung dengan maksiat yang terus datang menghantu, bukan yang sering bergerutu.
Bagi wanita menikah adalah mencari guru. Menentukan pilihan pada yang luas ilmu, mengajarkan dengan keteladanan, kesabaran, agar sifat bengkok yang disemat tidak senantiasa condong pada maksiat.
Bagi lelaki menikah adalah mencari guru. Menetapkan hati pada yang berkapasitas utama sebagai pengajar di madrasah pertama bagi generasi selanjutnya.
Menikah adalah investasi masa depan. Mencetak generasi gemilang untuk peradaban, memastikan mereka berkontribusi bagi kaum muslimin dan menjadi bagian dari kalangan shaalihiin.
Sebagian lainnya yang menganggap menikah hanyalah soal menggugurkan status lajang menjadi berpasang. Tak mau 'terhina' olok-olok orang karena menganggap paras tak elok sehingga tak kunjung berdua. Sebagian besar mereka lupa bahwa belum berdua bukan hal yang hina. Mereka juga lupa bahwa berdua tidak selalu menghantarkan pada hal yang mulia. Mereka lupa ada ulama besar yang membujang hingga ajal menjelang.
Ada juga sebagian menganggap bahwa menikah hanyalah soal pemuas birahi. Mencukupkan diri dengan menunjuk tanpa peduli asalkan mampu memuaskan dahaga diri. Sebagian besar mereka lupa bahwa dahaga ada batasnya. Mencukupkan pilihan dengan yang bisa memuaskan dahaga birahi akan mengantarkan pada keinginan 'tak terbatas' hingga pada akhirnya kita akan sadar bahwa ini bukanlah yang kita ingini; bosan.
Ah, ijinkan lah saya tuangkan gelisah saya tentang menikah yang (mungkin) banyak diantara kalian menaruh syak atasnya.
Menikah adalah mengajak berkumpul senantiasa dalam kebaikan. Menjaga pasangan agar terus taat pada pemilik nyawa. Memberikan makanan dan pakaian di jalan taqwa.
Menikah adalah tentang investasi masa depan. Memilih orang untuk bertarung dengan kehidupan di hadapan, jadi pilihlah mereka yang kau lihat akan membuatmu lebih tangguh, bukan yang sering mengeluh.
Menikah adalah tentang investasi masa depan. Mencari orang yang mampu memahami bahwa kita semua akan mati, sehingga harus dicetak generasi hebat yang mampu bertarung dengan maksiat yang terus datang menghantu, bukan yang sering bergerutu.
Bagi wanita menikah adalah mencari guru. Menentukan pilihan pada yang luas ilmu, mengajarkan dengan keteladanan, kesabaran, agar sifat bengkok yang disemat tidak senantiasa condong pada maksiat.
Bagi lelaki menikah adalah mencari guru. Menetapkan hati pada yang berkapasitas utama sebagai pengajar di madrasah pertama bagi generasi selanjutnya.
Menikah adalah investasi masa depan. Mencetak generasi gemilang untuk peradaban, memastikan mereka berkontribusi bagi kaum muslimin dan menjadi bagian dari kalangan shaalihiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar