Kalian tahu tanggal itu ada momen apa? Saya yakin tidak, karena memang tidak ada hari libur nasional di tanggal tersebut. :-) Lalu tanggal tersebut untuk apa? Yap! Hari, tanggal, bulan, dan tahun serta jam yang tertera di atas adalah saat di mana saya mengambil foto yang ada di kiri tulisan ini. Famplet kampring karena bernuansa provokasi yang ngawur dan tanpa fakta! (actually it's riddiculus!)
Tulisan di samping adalah tulisan produksi LPIK (Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman) di kampus saya, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Saya tidak ingat rangkaian peristiwa apa yang mengiringi ditempelnya propaganda di samping ini, namun apapun peristiwanya, saya katakan opini tempel ini sangat ngawur, tendensius, dan berupaya mendistorsi opini di kampus. Mari telanjangi racauan mereka!
Hal pertamax yang mau ane bahas bareng agan & aganwati di sini adalah tentang gambaran umum (Molar) tulisan mereka. Secara umum, sudah barang tentu mereka berusaha menggiring para pembacanya untuk mengkaitkan antar poin-poin di atas; antara poin #1 "mengganggu kepercayaan dan keimanan orang lain dengan mengatasnamakan Tuhannya" dengan poin #2 "senantiasa merusak fasilitas pribadi dan public atasnama syariat" dan poin #4 "mengatasnamakan Khalifah Rasyidah sebagai institusi paling benar bagi Ummat". Sehingga, mereka kemudian 'mengharap' ada asosiasi antar-poin setelah para pembaca membaca semua poinnya, padahal kita tahu bahwa poin-poin tersebut tidak bisa kita kaitkan satu dan lainnya. Maksudnya adalah bahwa mungkin memang ada orang yang memiliki ciri poin #2 dan #4, namun memastikan akan selalu ada 2 ciri tersebut dalam "satu jasad" adalah penyesatan dan fitnah yang keji! Karena (khususnya dalam sekup kampus) saya tidak menemukan orang atau--meminjam istilah mereka--aliran agama dengan dua ciri tersebut.
Lalu hal keduax adalah tentang gambaran detil/ per poin (Molekular). Poin-poin yang mereka tuliskan dengan kata-kata general harus kita preteli, tentu saja. Contohnya adalah pada poin #1, yang mereka maksud dengan "mengganggu kepercayaan dan keimanan orang lain dengan mengatasnamakan Tuhannya" itu masih terlalu umum. Tidak jelas apakah perilaku kita saat--misalkan--membuat orang-orang Nasrani terguncang keimanannya (tentu dengan cara ma'ruf) agar mau masuk Islam itu masuk dalam kategori atau tidak. Padahal membuat seorang kafir ragu dengan keyakinannya agar mau meninggalkan kekafirannya adalah sebuah keharusan! Begitu pula membuat seorang Muslim yang dengan tenang bermaksiat ragu dan meninggalkan aktivitas maksiatnya adalah keharusan!
Dengan logika seperti yang mereka tuliskan di atas, sebenarnya kita bisa juga menyatakan bahwa perilaku mereka menempelkan opini itu juga mengganggu kepercayaan orang yang mempercayai bahwa mengganggu kepercayaan orang lain dengan mengatasnamakan Tuhan adalah boleh. Bingung, kan? :)
Dengan logika seperti yang mereka tuliskan di atas, sebenarnya kita bisa juga menyatakan bahwa perilaku mereka menempelkan opini itu juga mengganggu kepercayaan orang yang mempercayai bahwa mengganggu kepercayaan orang lain dengan mengatasnamakan Tuhan adalah boleh. Bingung, kan? :)
Poin #2 inilah yang lucu dan tanpa fakta. "Merusak fasilitas pribadi dan publik atasnama syariat"? Poin ini--saya katakan--sangat bernuansa fitnah!
Lalu poin #3: "Senantiasa bernostalgia dengan masa lalunya". Saya benar-benar tidak mendapati logika macam apa yang mereka jalankan (jika mereka masih memiliki logika :p ). Saya yakin poin ini terkait dengan poin selanjutnya. Anda akan mendapatkan nuansa geli dan lembab dengan kerancuan pola pikir mereka di pembahasan poin selanjutnya, yang akan saya kaitkan dengan poin #3 ini. Monggo.
Yap, inilah poin yang #4 di ocehan mereka (yang sebenarnya jika diamati, satu frasa dengan poin #3): "mengatasnamakan Khalifah Rasyidah sebagai institusi paling benar bagi Ummat". Aha! Bagi kalian yang sudah tidak asin[g] lagi dengan kalimat ini pasti sudah langsung membulatkan mulut kalian dan berkata "Ooo uwo...." Ya, begitulah mereka para maho itu. Mereka menganggap Muslim yang berusaha mewujudkan negara dengan Islam sebagai dasar negaranya (baca: Khilafah Rasyidah) adalah cara untuk bernostalgia dengan kejayaan masa lalu. Aih! Kenapa mesti ada ketimpangan? Kenapa Muslim yang mengingat dan berusaha mewujudkan Khilafah dikatakan sebagai nostalgia, sedangkan mereka yang berusaha sampai mencret mempertahankan konsep Demokrasi yang dicetuskan Plato et.al. dipandang sebagai hal keren yang layak dipuji dan dikasih jempol maho sedunia?? Mengapa saat Muslim mengingat kembali masa keemasan peradabannya, kegemilangan teknologinya, kemegahan sistem pemerintahannya dipandang sebagai kemunduran dan nostalgia yang tidak perlu diangkat, sedangkan mereka yang menatap Revolusi Prancis, Magna Charta, dll. dengan mata berbinar adalah orang dengan intelektualitas tinggi, lantas dihadiahi kecupan maho mereka. (HUEKS!!) Ini tidak adil! Pokoknya aku minta cerai! (lho?)
The last is point #5. "memecah belah Ummat dengan ayat-ayat favorit dan sabda-sabda jalang"? WTF?!! Seandainya "ayat-ayat" yang mereka maksud adalah ayat-ayat Qur'an, maka sungguh dengan kerendahan hati dan tinju-tinju terkepal erat, saya ingin tahu ayat-ayat Qur'an mana yang memecah belah Ummat (Islam)?! Sembarangan sekali mereka mengoceh!!
Saya harap kawan-kawan sekalian memaklumi masih adanya maho-maho macam mereka di kampus UIN, karena justru saking cerdasnya orang-orang kafir (atau saking bodohnya kita) mereka meracuni otak-otak Muslim dari sektor hulu hingga sektor hilirnya. Selamat menjadi Manusia yang membersihkan dari cemaran limbah-limbah logika dan tafsir ngawur pada ajaran Islam.
Lalu poin #3: "Senantiasa bernostalgia dengan masa lalunya". Saya benar-benar tidak mendapati logika macam apa yang mereka jalankan (jika mereka masih memiliki logika :p ). Saya yakin poin ini terkait dengan poin selanjutnya. Anda akan mendapatkan nuansa geli dan lembab dengan kerancuan pola pikir mereka di pembahasan poin selanjutnya, yang akan saya kaitkan dengan poin #3 ini. Monggo.
Yap, inilah poin yang #4 di ocehan mereka (yang sebenarnya jika diamati, satu frasa dengan poin #3): "mengatasnamakan Khalifah Rasyidah sebagai institusi paling benar bagi Ummat". Aha! Bagi kalian yang sudah tidak asin[g] lagi dengan kalimat ini pasti sudah langsung membulatkan mulut kalian dan berkata "Ooo uwo...." Ya, begitulah mereka para maho itu. Mereka menganggap Muslim yang berusaha mewujudkan negara dengan Islam sebagai dasar negaranya (baca: Khilafah Rasyidah) adalah cara untuk bernostalgia dengan kejayaan masa lalu. Aih! Kenapa mesti ada ketimpangan? Kenapa Muslim yang mengingat dan berusaha mewujudkan Khilafah dikatakan sebagai nostalgia, sedangkan mereka yang berusaha sampai mencret mempertahankan konsep Demokrasi yang dicetuskan Plato et.al. dipandang sebagai hal keren yang layak dipuji dan dikasih jempol maho sedunia?? Mengapa saat Muslim mengingat kembali masa keemasan peradabannya, kegemilangan teknologinya, kemegahan sistem pemerintahannya dipandang sebagai kemunduran dan nostalgia yang tidak perlu diangkat, sedangkan mereka yang menatap Revolusi Prancis, Magna Charta, dll. dengan mata berbinar adalah orang dengan intelektualitas tinggi, lantas dihadiahi kecupan maho mereka. (HUEKS!!) Ini tidak adil! Pokoknya aku minta cerai! (lho?)
The last is point #5. "memecah belah Ummat dengan ayat-ayat favorit dan sabda-sabda jalang"? WTF?!! Seandainya "ayat-ayat" yang mereka maksud adalah ayat-ayat Qur'an, maka sungguh dengan kerendahan hati dan tinju-tinju terkepal erat, saya ingin tahu ayat-ayat Qur'an mana yang memecah belah Ummat (Islam)?! Sembarangan sekali mereka mengoceh!!
Saya harap kawan-kawan sekalian memaklumi masih adanya maho-maho macam mereka di kampus UIN, karena justru saking cerdasnya orang-orang kafir (atau saking bodohnya kita) mereka meracuni otak-otak Muslim dari sektor hulu hingga sektor hilirnya. Selamat menjadi Manusia yang membersihkan dari cemaran limbah-limbah logika dan tafsir ngawur pada ajaran Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar