25 Jun 2011

prahara rasa

Saat rasa menjadi bencana.
Menjelma prahara berdalih kasih, maka liar rasa menjadi raja tata kata dan langkah.
Duh! Andai waktu itu dapat aku jemput kau di persimpangan, mungkin jinak yang ku peroleh!
Andai boleh menoleh, kembali mengamati hati hingga mendapati arti, mungkin kini tak mati!
Pada akhirnya, gundah selalu saja melipat di saat yang tepat! Bahkan memaksa curiga hingga batas teratas ‘Arsy.
Huh! Seandainya ku kelu, tentu tak akan dapati keluh keluar bersama peluh yang berpuluh-puluh!
read more

3 Jun 2011

Mengertilah! Karena aku mencintaimu dalam diamku

Tidak ada manusia yang tidak memiliki rasa cinta. Kehadiran hawanya menjadi sebuah kelumrahan, namun saya katakan bahwa pengejawantahannya di jalan yang tidak direstui Pencipta Rasa, adalah suatu bentuk kekurangajaran! Bentuk pembangkangan yang melawan kodrat penciptaannya.

Malapetaka ‘pengejawantahan rasa’ biasanya dimulai dari kompromi-kompromi hati dengan tingkah-tingkah kecil dan sederhana. Ya! Karena sesederhana apapun tingkah manusia pada manusia lain yang ‘berasa berbeda’, akan menghasilkan kesan mendalam yang sanggup meledakkan hari! Akan berbeda rasanya saat ada seorang tukang ojek yang menawari untuk membonceng dengan saat ada kakak kelas kecengan—misalnya—yang memberikan sedikit senyum dan mengajak mengobrol basa basi, sekedar me-like status, apalagi menawari membonceng!

Saya bisa saja menjadi orang yang paling romantis yang pernah anda kenal; menghujani hari-hari anda dengan setumpukan sajak-sajak merah-jambu yang mampu melenakan waktu, menarik purnama hingga seolah tak terjarak atau bahkan seolah mampu dijejak. Namun saya lebih mencinta menggengam bara: memendam rasa hingga tiba masanya. Jika tak kunjung tiba, maka sayang ini mungkin bukan untuk anda.

Jika suatu waktu rasa mulai dengan kurang ajar menggoda, maka saya pastikan akan berubah membalik suasana. Takkan ada lagi tingkah bijaksana di depan anda. Saya akan membuat anda membenci saya! Maaf.

“God help I’m sick
God forgive I’m weak”
[Purgatory: hypocrishit]
TABIK!
[mumtaaz]
read more

HYPOCRITE*

Anda bisa mengatakan apa saja tentang apa yang anda pikir itu benar. Anda boleh menyanggah apa yang orang sampaikan. Dengan santun ataupun dengan nada menyerang. Menguliti hingga mereka tak bisa lagi tidur dengan tenang, bahkan kesulitan bernafas saat mereka beranjak dari sofa-sofa mereka. Namun anda mengetahui tentang anda sendiri. Tentang langkah apa yang sebenarnya anda tapaki di neuron-neuron yang terisi informasi.

Rekam-jejak sajak sel-sel yang anda gerakkan untuk mengungkap tiap kata yang menghambur dari sudut bibir takkan mungkin terhapus begitu saja. Anda mungkin mengira akan terhapus. TIDAK! Sekali-kali, tidak!

Sungguh kesemuanya yang anda tapaki akan menjadi saksi bagaimana anda berusaha mencitrakan diri baik di depan makhluk-makhluk yang anda ‘tipu-muslihati’! Dan saat tumpukan ‘kesakithatian karena ditipumuslihati’ mereka mewujud utuh menjadi riuhnya celaan, anda akan mencicipi betapa kepalsuan yang anda bangun di masa lalu itu sangatlah menjijikan. Layaknya anda mendapati diri anda tengah meludahi wajah anda sendiri.

Anda, saya katakan, bisa saja menarik waktu untuk memutihkan kembali lembar-lembar yang terserak di lumpur nista hipokrit itu, namun pertanyaan besarnya adalah: APAKAH ANDA SANGGUP MENARIK PERHATIAN ALLAH UNTUK SEKEDAR MELIRIK ANDA UNTUK MEMBERIKAN PENGAMPUNANNYA??

Tak banyak orang berlumuran salah yang pada akhirnya sanggup menarik perhatian Tuhannya untuk mengampuni dirinya. Tak percaya? Tengoklah kisah-kisah para penyambung amanat Tuhan! Yeah, para Nabi & Rasul! Berapa banyak ummat di zamannya yang berakhir bahagia setelah dia mencibir ajaran yang dibawa Nabi/Rasul?

Menyesallah atas segala muslihat dan kepalsuan yang telah anda jalani! Jika belum berakhir, maka akhirilah! Saya ingatkan bahwa tiap detik tubuh anda terus mengalami penuaan dan penurunan fungsi! Suatu saat sel-sel itu secara serempak tidak berungsi, maka berakhirlah semua kemungkinan-kemungkinan baik dan harapan-harapan anda!
Tabik!
NB: sedikit memberi bocoran, saya pernah mendengar bahwasannya Allah akan mau memberikan pengampunanNya jika yang meminta padaNya sungguh-sungguh dan ‘menjual’ dirinya pada Dia. Saya benar-benar tak paham jika ada manusia yang menyia-nyiakan kesempatan kedua ini!

* hujatan-hujatan ini saya lakukan saat saya berhadapan dengan makhluk yang selalu merefleksikan apa-apa yang dihadapkan padanya. Kalau tidak salah orang-orang menisbatkan suatu nama yg cantik pada makhluk itu: Cermin.
read more

limitation

Semuanya pasti ada batasnya, kawan!

Tak semua yang kau ingini akan dapat terpenuhi.

Manusia punya batas perlawanan, batas jengah.

Saat itu tiba, aku harap semuanya akan baik-baik saja. Tentu saja! Dengan atau tanpa, semuanya harus berjalan!

‘dengan’ tak selalu membawa kebahagiaan dan kekuatan!

‘tanpa’ pun tak selamanya mengawali sebuah episode kelemahan!

Benar aku akui bahwa ‘dengan’ itu berarti akan menjadi berbilang, dan benar juga bahwa ‘tanpa’ menjadikan menghantarkan pada kata ‘tak berpunya’. Namun sungguh aku menyadari sepenuh hati bahwa engkau akan selalu ditemani oleh “Sang Terbilang namun Tak Berbilang”.

read more

My dearest SEKSIOI

Handphone. Apakah itu handphone? Yeah! Alat elektronik yang dalam bahasa Indonesianya adalah telepon genggam ini adalah alat komunikasi jarak jauh yang nirkabel. Handphone bagi banyak orang mungkin hanya dinilai sebagai alat komunikasi dan ditambah berbagai perangkat multimedia tambahan yang selalu berkembag setiap serinya, namun saya akui Allah benar-benar mengajarkan banyak hal dari handphone saya yang jadul ini.

Perkenalkan HP saya yang panggilan sayangnya adalah “SEKSIOI”. Whoops! Mungkin kalian berpikir bahwa saya mengidap kelainan jiwa karena saya berkata seperti itu, namun saya yakinkan bahwa saya masih waras meskipun cuma sedikit. Hehehe. Ehem! Kembali ke maksud pembahasan saya. Handphone dan semua benda lain yang ada di sekitar kita sebenarnya senantiasa menebarkan inspirasi Ilahiyah, namun tidak semua dari kita mau menggali makna apa yang bisa dipetik dari sederhananya peristiwa bersama benda-benda sederhana itu.

Adalah saya, monochrome, pemilik Handphone Sonny Ericsson seri K510i. yap! Hp jadul dengan fitur-fitur sederhana. Saya memang bukan orang yang senang bergonta-ganti barang. Saya berprinsip jika memang masih bisa dipakai, kenapa mesti diganti? Hehe. Begitu pula dengan hp. Meskipun banyak orang yang menyuruh saya untuk mengganti, namun saya tetap menggunakan Hp yang dibeli tahun 2007 ini. Suatu hari saat saya tengah berada di luar rumah, saya tiba-tiba menyadari bahwa Hp saya sudah tidak lagi di tangan saya. Saya kemudian meminjam Hp milik kawan, namun kecewa yang saya dapat. Awalnya saya tlp namun tidak diangkat, kemudian beberapa saat kemudian Hp saya sudah tidak aktif. Mungkin ada yang menemukan lalu mematikan dan mencabut kartunya. Saya sudah kecewa saja, lalu pulang ke kosan dengan lemas. Saya kemudian bercerita pada kawan satu kosan dan mencoba menelepon kembali Hp saya dengan berharap ada respon dari yang menemukan. Dengan setengah tidak percaya, saya mendengar nada tunggu, dan tidak lama kemudian ada yang menyapa di ujung telepon sana. Singkat cerita, saya akhirnya menemui yang menemukan SEKSIOI dan mengucapkan terimakasih yang tak terkira.


Memang kisah seperti ini sederhana atau bahkan biasa-biasa saja, namun saya akan memberitahu bagian yang tidak biasa nya: saya mengalami kejadian seperti itu sebanyak 2 kali!!


What?! Kalian masih pikir itu biasa-biasa saja? Terserah kalian deh! Terlepas dari biasa-biasa atau luarbiasanya cerita tadi, ada hal yang ingin saya bagi di situ. Bagi saya, Hp SE K510i ini mengajarkan setidaknya 2 kata: Qadha dan Roja.


Qadha adalah ketetapan Allah yang tidak bisa diganggugugat. Sekalinya Allah mengatakan ‘A’, mau atau tidak, suka atau pun tidak, baik atau pun ‘buruk’, maka akan terjadi. Kita tidak bisa mengubah keputusanNya walau setitik! Hal ini terkait juga dengan jodoh, kecelakaan, rizqi dan ketetapan Allah lainnya. Soal jodoh, kita tetap tidak akan berjodoh dengan seseorang meskipun kita sudah mengkhitbah jika Allah menyatakan seseorang itu bukan jodoh kita. Sebaliknya, meski sudah dikhitbah orang, jika memang Allah menyatakan seseorang itu jodoh kita, maka tidak akan kemana-mana. (curhat.com :p) Begitu pula dengan kecelakaan dan rizqi. Keduanya tidak akan dapat kita hindari ataupun datangkan jika memang Allah tidak menetapkan hal itu untuk kita.

Hal kedua adalah ar-Roja. Adalah manusia, dibekali dengan banyak potensi dan kemampuan untuk meraih banyak pencapaian hidup. Hanya saja kita terkadang kehilangan satu hal: SEMANGAT! Ar-Roja adalah semangat dan pengharapan. Kita manusia bisa mengarungi samudera bertahta badai, menelusuri perut bumi, hingga menembus angkasa. Kesemuanya itu tidak lain karena adanya ar-Roja. Entah bagaimana seandainya saya kehilangan pengharapan dan menghentikan pengharapan menemukan kembali Hp saya. Mungkin saya akan menjadi manusia tanpa Hp sekarang. Hehe


Cukup sekian hal yang bisa saya bagi. Pesan bang napi: jangan pernah lewatkan detil kehidupan, karena dengannya kita akan mendapatkan kearifan-kearifan sederhana yang bisa kita bagi dengan orang-orang di sekitar kita.
Tabik!
[akira]

read more

sarcasm dialogue


A: Adi aing nu awewe keukeuh hayang kuliah di Psikologi, euy! Kamana nya? (adik gw maksa pengen kuliah di Psikologi, euy! Ke mana ya?)

B: nu urang apal nu terkenal teh mun teu di UNPAD, UGM atawa UI weh.. (yang gw tau, yang terkenal tuh kalo gak di UNPAD, UGM atau UI aja.)

A: ah bingung, an***g!

B: naha bingung sagala?! ngiBING jeung maUNG? [Kenapa bingung segala? ngibing (nari) sama (singa)?]

A: enya, an***g! adi urang pas sakola ge nguruskeun na teh bobogohan jeung bobogohan wae! Ngomongkeun na teh lalaki we! Eta teh keur di imah keneh! Kumaha mun jauh ti imah?! Teu kakontrol ku aing! Paur! (iya, an***g! adik gw pas sekolah ngurusinnya cuma pacaran aja! ngomonginnya tentang laki-laki terus! Itu tuh waktu masih di rumah! gimana kalo jauh dari rumah?! gak bakalan kekontrol sama gw! Khawatir gw!)

B: eta weh atuh nu deukeut, UNPAD atawa UPI, jeung UIN ge aya ketang. (itu aja tuh yang deket di unpad atau upi. UIN juga ada deng.)

A: oh heueuh. Eta wae kitu?? (oh iya? itu aja gitu ya?)

Huft.. berat buat saya nulis kata-kata sarkas itu (meskipun disensor), hehehe. Tapi saya merasa perlu untuk menulis kata2 itu untuk menggambarkan point apa yang ingin saya sampaikan.
Kali ini saya coba bahas tentang apa coba? Yap! Tentang WANITA! Makhluk yang dilindungi, dihormati dan dimuliakan oleh Allah. (terus kenapa perlu ada kata-kata sarkas yang disensor itu? Kalian bakal tau sendiri!)
Tidak banyak wanita yang menyadari bahwa mereka dimuliakan oleh Allah. Gak percaya? Lihat berapa banyak wanita yang mengiyakan titah Allah buat mengenakan ‘khimar’? Berapa banyak wanita yang mengiyakan titah Allah untuk mengenakan ‘jilbab’?
Ah! saya hampir yakin kalian mulai bête setelah baca paragraf di atas! Iye lah! Orang tuh biasanya gak suka diusik ‘comfort zone’-nya! Jangan pura-pura bilang ‘engga’ deh!
Oke, let’s get in to the point! Begini lho para pembaca yang budiman. Dari dialog di atas (yang memang bener-bener saya alami), saya Cuma pengen ngegambarin betapa sebejad-bejadnya kakak, babeh, ato laki-laki mana pun, sungguh mereka GAK SUDI anggota keluarganya yang wanita atau wanita yang dia sayang disakiti, dilecehkan, atau direndahkan kehormatannya! Coba tanya sama preman-preman yang suka godain cewe dengan manggil “neng, bade ka mana?!” ato suit-suitin kalo ada cewe lewat: dia bakalan gimana kalo emak dia, adik cewe dia, bibi dia, ato mungkin istri dia dilecehin? Beuh! Saya yakin jawabannya bakalan ekstrim! Jawaban ‘paling santai’ kayaknya “ku aing bakal diteunggeulan!”
Saya pikir itu jadi bahan renungan buat saya (semoga buat kalian juga) bahwa kalian Kaum Hawa itu ditinggikan derajatnya oleh Allah ‘azza wajalla! Jangan coba-coba merendahkan diri dengan ‘mengobral’ diri! Hormati diri kalian dengan hanya menampakkan apa yang patut ditampakkan di muka umum. DEMI ALLAH kalian terlalu berharga untuk membuka apa yang seharusnya ditutupi!!! Tidak akan menjadi buruk rupa seandainya kalian hanya menampakkan apa yang patut untuk ditampakkan!
Emm.. apa dialog di atas nyambung dengan wakwekwok saya? Whatever! Huahahaha!
Teruntuk ‘tulang rusuk’ yang entah berpasang dengan siapa kelak
Jangan biarkan liar pandangan menyibak
Cintailah titah Tuhanmu yang menunjuk
Hingga manisnya jannah kelak kita jejak!
Semoga menginspirasi!
Tabik!
[salfa]
read more

Seperti yang tidak percaya Allah saja!


Yeah! Kata2 itu belakangan ini makin nyaring dan sering saja bergema di ruang antara dua telinga ini.

Mungkin terdengar ekstrem di telinga, tapi sungguh kata2 itu memang muncul di kepala saya saat saya digelitik oleh fakta2 yang 'lucu'.

Let the contemplation begin!

Manusia—meskipun didaulat sebagai makhluk yang menduduki predikat sebaik2 makhluk—secara fitrah memiliki keterbatasan2. Mulai dari kondisi fisik, kondisi mental, maupun dari segi kognitif; itulah mengapa manusia "merasa harus" menggantungkan diri pada 'sesuatu lain' Yang Maha Sempurna dan tidak berkekurangan.

Dari segi kondisi fisik, manusia jelas2 memiliki keterbatasan. Adanya sakit, kematian sebagian sel, dan kematian organ2 manusia secara keseluruhan merupakan tanda2 kelemahan dan keterbatasan manusia.
Dari segi kognitif, manusia terbatasi hanya 3 hal yang dapat dijangkaunya: manusia, alam dan kehidupan. Meskipun ada banyak orang (terutama filusuf) yang secara serampangan mengatakan mereka mampu menjangkau Dzat Allah dengan memikirkanNya.

Dari sisi kondisi mental, secara alami manusia dibekali dengan rasa takut dan putus asa, yang dalam kadar ekstrem—saat manusia tidak sanggup lagi meregulasinya dengan rasionalisasi dan defense lainnya—maka dia akan mengharapkan 'sesuatu' untuk dapat menjawab rasa takut dan menjawab keputusasaannya. Ada anekdot menarik tentang keputusasaan dan kepercayaan pada Allah; dikisahkan dalam suatu penerbangan duduk berdampingan 3 orang: seorang atheis, seorang ustadz, serta seorang pendeta. Di tengah perjalanan, ternyata kapal menghadapi situasi yang berbahaya, hingga para pramugari meminta penumpang untuk mengenakan sabuk pengaman. Setelah beberapa lama, ternyata kapal semakin terjebak pada keadaan darurat hingga sang pilot mengumumkan bahwa kapal yang mereka tumpangi kehilangan kendali, sehingga para penumpang dipersilahkan untuk berdoa. Ustadz tentu saja berdoa dengan bahasa Arab dan sambil beristighfar, Pendeta kemudian terlihat memegangi salibnya dan kemudian mulai berdoa dengan caranya, namun sang atheis kebingungan! Dia celingak-celinguk ketakutan! Saat oranglain berdoa, dia bingung harus melakukan apa! Pada akhirnya sang Atheis pun ikut2an komat-kamit pura2 berdoa seperti yang lainnya.
Aduhai, membahas manusia memang menarik, bukan?! Nanti kita bahas lagi lah tentang manusia di artikel lain.

Kejadian akhir2 ini bagi saya menguji hingga batas "ekstrem" rasa percaya pada Allah (setidaknya bagi saya :p).

Semuanya bermula dari perjumpaan kawan saya dengan masalah yang dia ciptkan sendiri, kemudian saya yang mengetahui ada yang kurang pas antara apa yang "dia lakukan" dengan "yang seharusnya" tidak terlalu banyak mengingatkan, namun cenderung mendiamkan karena kawan saya ini saya nilai sudah tahu harus bagaimana cara menyelesaikannya. Perlahan tapi pasti, masalah yang dihadapi makin membesar layaknya bola salju yang menggelinding (kayak lagu Sule aja. hehe). Hari ke hari, kawan yang punya masalah itu meminta bantuan saya untuk menyelesaikan masalahnya. Saya pun menyanggupinya karena saya pikir saya harus mampu mengeluarkan dia dari masalah ini.

Singkat cerita, lama kelamaan masalah kawan saya ini malah memberatkan otak saya. Saya terlibat terlalu jauh hingga pada akhirnya saya baru sadar bahwa saya menjadi bagian dari masalah ini.

Setiap kali saya berfikir tentang pemecahan masalah, maka kebuntuan yang pada akhirnya saya temui. Dunia anak muda yang katanya menyenangkan dan merupakan kewajaran jika 'sedikit liar' tidak nampak di hari-hari saya. Kemurungan serta putus harapan menjadi penghias dunia saya saat itu.

Pada akhirnya tiba lah saya di titik nadir keputusasaan. Saya memikirkan akan lebih mudah jika saya 'menghilang dengan cepat' dan permanen hingga tidak perlu ada keadaan mengerikan seperti ini lagi di masa depan, karena saya menghapuskan masa depan. Suicide. Entah setan dari comberan mana yang berani membisiki sampai saya terbersit untuk melakukan hal bodoh seperti itu.

Percaya atau tidak, pikiran seperti itu bertahan berhari-hari hingga akhirnya ada yang berbisik di otak saya kata-kata sakti ini: "SEPERTI YANG TIDAK PERCAYA ALLAH SAJA!"

Seperti yang saya jabarkan di atas bahwa mekanisme normal manusia saat menghadapi kebuntuan dan tidak dapat ditolong lagi oleh rasionalisasi dan defense mechanism lainnya adalah dia akan menuju 'Sesuatu' Yang Tidak Terbatasi Kekurangan, namun itu pun jika secara sadar kita mengakui bahwa ada Allah Yang Tidak Terbatasi Kekurangan. Jika memilih tidak mengakui adanya Allah, maka dzat seperti apa yang akan kita mintai pertolongannya??

Hari-hari setelah saya mendapati kata-kata itu, saya menjadi tercerahkan dan mendapati kata baru dalam hidup saya: Ar-Roja!

Mulai hari ini saya berjanji bahwa setiap saya merasa terlalu lelah dan merasa lebih baik "menghilang permanen", maka saya akan senantiasa meneriakkan kalimat ini: "SEPERTI YANG TIDAK PERCAYA ALLAH SAJA!"
Tabik!
read more